GALAMEDIA - Kebakaran hutan di sebelah barat daya Gunung Tangkubanparahu pada Selasa, 8 September 2020 malam, bukan disebabkan oleh gas vulkanik yang tercium di sekitar lokasi kejadian, Petak 44a, RPH Cisarua, BKPH Lembang, KPH Bandung Utara, Kabupaten Bandung Barat.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi pada Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr. Hendra Gunawan melalui sambungan telepon, Kamis 17 September 2020.
Secara administratif lokasi kejadian berada di wilayah Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Luas area yang terbakar sekltar 0,5 Hektare.
Baca Juga: Jelang Pertemuan Taipei dan 'Pembuat Onar', Jet Tempur China Terus Berlalu-lalang di Wilayah Taiwan
Jenis tanaman yang terbakar berupa tumbuhan tingkat bawah, seperti alang-alang, dan paku-pakuan. Api berhasil dipadamkan pada Selasa, (8/9) sekitar pukul 20.30 WIB.
"Terkait dengan kejadian kebakaran di punggungan bagian barat daya puncak Gunung Tangkubanparahu masyarakat jangan percaya terhadap isu-isu yang tidak bertanggung jawab dan dapat melakukan kegiatan seperti biasa," kata Hendra.
Kepastian bahwa pemicu kebakaran bukan dari gas vulkanik, setelah tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan penelitian di lokasi kejadian, 11 September 2020.
Baca Juga: Ini Dia Tiga Orang yang Diuji oleh Allah. Siapa yang Lulus
Di sekitar lokasi kebakaran terdapat bangunan dan tower repeater yang masih aktif. Di sekitar lokasi kebakaran juga terdapat beberapa tembusan gas yang keluar melalui rekahan pondasi bangunan repeater, juga beberapa tembusan gas di lokasi bekas lahan atau area yang terbakar.
Ia menerangkan, secara visual, tembusan gas didominasi oleh hembusan uap air berwarna putih, bertekanan lemah. dan tidak berbau dan tidak menyengat hidung, sehingga dapat diduga konsentrasi gasnya relatif kecil
Jauhi lokasi
Hasil pemeriksaan gas menggunakan detektor gas lipe Drager Xam 7000 pada tembusan-tembusan gas. terdeteksi adanya gas karbon dioksida C02 dengan konsentrasi lebih dari 0,5 persen, sedangkan gas gas vulkanik Iainnya seperti H28 dan 802 tidak ada.
Baca Juga: Harga Emas Turun Naik dalam Setiap Harinya, Yuk Cari Tahu Penyebabnya
Namun pengukuran gas di udara pada jarak kurang dari 1 meter dari lubang tembusan gas, konsentrasi C02 kecil sekali atau kurang dari 0,05 perse
Tembusan-tembusan gas yang keluar melalui rekahan pondasi bangunan repeater dan di lokasi bekas lahan atau area yang terbakar mempunyai karakteristik yang sama yaitu didominasi oleh uap air (H20) dan gas C02 dengan konsentrasi >5 persen dan bertemperatur kurang dari 100°C.
"Berdasarkan karakteristik gas CO2 yang bersifat tidak mudah terbakar maka keberadaan tembusan tembusan gas 002 di lokasi kebakaran dan sekitarnya bukan merupakan penyebab terjadinya kebakaran," tegasnya.
Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 8 Diumumkan, Berikut 10 Pekerjaan yang Paling Banyak Dicari September Ini
Namun masyarakat diimbau untuk tidak memasuki lokasi keberadaan tembusan- tembusan gas di area bekas lokasi kebakaran dan di sekitarnya. agar tidak terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kehidupan.