"Kami di sini sudah tidak terputus rantai pengelolaan sampahnya. Baby maggot ada di sini. Hasilnya untuk pakai ternak, bebek dan ayam petelor," tuturnya.
Sedangkan untuk mengatasi bau akibat sampah organik, wilayah tersebut telah memproduksi secara mandiri yaitu Mikro Organisme Lokal (MOL). MOL merupakan komponen penting dalam pengelolaan sampah organik khususnya untuk mengatasi bau.
"Untuk atasi bau, di KPSM kami bikin MOL. Bahan bakunya buah - buahan yang tidak terpakai, seperti nanas, jeruk dan pisang. Kita produksi itu per jenis buah. Sehingga mampu menghilangkan aroma tidak sedap," ujarnya.
Sementara itu, Lurah Pasirjati, Agus Mulyana mengungkapkan, pengelolaan sampah di wilayah semakin berkembang.
"Pengelolaan sampah sudah tidak lagi konvensional, kumpul, angkut buang. Tapi kita edukasi memilah sampah mulai anorganik dan organik. Sehingga sampah berguna dan bermanfaat. Masyarakat bisa hidup dari sampah yang dihasilkan," bebernya.
Ia menyampaikan salah satu wilayah percontohan yaitu di RW 13 yang sudah berjalan sejak tahun 2018. Warga mampu beradaptasi dengan sampah hingga menghasilkan nilai ekonimis.
"Ini RW pertama dan RW inisiator di kelurahan kami. Warganya mampu mengelola sampah," tutur Agus.
Ia berharap success story tersebut mampu menjamur ke wilayah lain. Sehingga masyarakat secara mandiri mampu mengelola sampah mulai dari sumbernya.***