Serangan Massal Mengerikan di Mozambik, Militan Jadikan Lapangan Bola Ladang Pembantaian

- 11 November 2020, 14:49 WIB
galamedianews.com
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIA - Kelompok ekstrem yang mengaku militan Islamis memenggal lebih dari 50 orang dan (maaf) mencincang tubuh korban dalam sebuah serangan massal mengerikan di Mozambik.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Rabu (11 November 2020) mayat para korban yang terpotong-potong ditemukan berserakan di hutan awal pekan ini. Eksekusi dilakukan di sebuah lapangan sepak bola.

Baca Juga: Memalukan, Guru Agama Ini Sudah Delapan Kali Melakukan Aksi Penjambretan Sasarannya Anak-anak

Dalam tiga tahun terakhir kelompok jihadis menghancurkan desa dan kota sebagai bagian dari pemberontakan di provinsi Cabo Delgado yang kaya gas dan diperkirakan beraset ratusan triliun.

Serangan diawali penangkapan atas sejumlah warga desa. Mereka yang mencoba melarikan diri dibunuh di tempat.

Sementara anggota kelompok militan lainnya membakar rumah dalam serangan yang  dilakukan pada Jumat dan Sabtu itu.

Baca Juga: Mike Pompeo sebut Washington Belum Selesai dengan Beijing, Kemenlu China: Bodoh!

Serangan kali ini menjadi yang terbaru dari gelombang kekerasan para jihadis yang berkembang di Mozambik. Para ekstremis ini terkait dengan ISIS.

Beberapa dari pria bersenjata dilaporkan menyerukan takbir saat menyerbu sebuah desa lalu menculik kaum perempuan dan membantai korban di dekat Muatide.

Laporan BBC News, 4.000 militan diperkirakan berperang melawan pemerintah Mozambik dan kelompok lain di saat kelompok Islam mencoba mendirikan 'kekhalifahan'.

Baca Juga: Bagi yang Mau Tambah Daya, PLN Perpanjang Diskon Sampai 30 November

"Mereka membakar rumah-rumah kemudian mengejar penduduk yang melarikan diri ke hutan dan memulai tindakan mengerikan," ujar seorang kepala polisi Mozambik.

Dikutip The Times, para militan yang beroperasi di daerah yang sama menyerang beberapa desa terdekat seminggu sebelumnya. Mereka menjarah dan membakar rumah sebelum mundur ke area hutan sekitar.

Dalam satu kasus, lebih dari 12 orang pria dan anak laki-laki dipenggal dalam upacara inisiasi.

Baca Juga: Jasad Bayi Ditemukan di Tumpukan Sampah dan Sungai, Tega Pelaku Membuangnya

"Polisi mengetahui pembantaian yang dilakukan pemberontak melalui laporan orang-orang yang menemukan mayat di hutan," ujar petugas di distrik Mueda.

"Ada setidaknya 20 mayat yang tersebar di area sekitar 500 meter," tambahnya.

Seorang relawan di Mueda mengatakan bagian tubuh korban telah dikirim pada keluarga masing-masing untuk dimakamkan.

“Pemakaman diadakan di tengah atmosfer yang terasa sangat menyakitkan,” ungkapnya. “Mayat-mayat itu sudah membusuk dan tidak bisa diperlihatkan lagi.”

Baca Juga: Kejar Status Akreditasi, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unjani Gelar Webinar

Kelompok jihadis telah memicu  kekacauan dalam tiga tahun terakhir. Mereka menghancurkan desa dan kota sebagai bagian dari pemberontakan di provinsi Cabo Delgado.

Provinsi utara yang kaya gas ini merupakan  rumah bagi pengembangan energi senilai $60 miliar atau Rp 844 triliun.

Meski demikian warga yang sebagian besar muslim di kawasan tersebut hanya menerima sedikit uang. Kini kawasan yang sama dikhawatirkan menjadi tempat perekrutan ekstremis.

Baca Juga: Teori Konspirasi Antivaxxer, Heboh Kelompok Tatanan Dunia Baru di Balik Vaksin Covid-19

Pada bulan Maret, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan di kawasan selatan di mana beberapa proyek gas tengah dikembangkan perusahaan seperti Exxon Mobil dan Total.

Inggris di antaranya diperkirakan ikut memberikan pinjaman hingga £1 miliar atau Rp 18,6 triliun untuk salah satu proyek pipa gas di negara Afrika tersebut.

Para militan telah meningkatkan serangan dalam beberapa bulan terakhir dan dengan kekerasan merebut sebagian wilayah dengan meneror warga.

Baca Juga: Hari Ini! Shopee Gajian Sale Hadirkan Gratis Ongkir, Cashback 100%, dan Flash Sale 60RB!

Pada bulan April, para jihadis menembak mati dan memenggal lebih dari 50 pemuda karena menolak bergabung.

ISIS juga memperingatkan Afrika Selatan bahwa mereka akan menghadapi pembalasan dari para jihadis jika mencoba campur tangan dan menopang pemerintahan Mozambik.

Kerusuhan telah menewaskan lebih dari 2.000 orang sejak 2017 dengan setengah di antaranya merupakan warga sipil. Demikian laporan Armed Conflict Location & Event Data yang berbasis di AS.

Lebih dari 400.000 lainnya mengungsi akibat konflik dan mencari perlindungan di kota-kota terdekat.

Baca Juga: Kejar Status Akreditasi, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unjani Gelar Webinar

Sekitar 10.000 orang melarikan diri ke ibu kota provinsi Pemba melalui perahu selama seminggu terakhir saja, ujar perwakilan Doctors Without Borders Selasa.

Ini meningkatkan kekhawatiran atas akses pada air bersih dan sanitasi. Selain itu, sedikit yang diketahui dari jihadis Mozambik yang selama ini menyebut diri mereka Al-Shabab.

Meski bernama sama namun ekstremis Mozambik tidak memiliki hubungan dengan kelompok lain bernama serupa di Somalia. Yang pasti tahun lalu para militan bersumpah setia pada ISIS.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x