Kebijakan Insentif di Sektor Properti dan Otomotif, Berikut Penjelasannya

- 20 Januari 2022, 22:33 WIB
Ilustrasi sektor Otomotif.
Ilustrasi sektor Otomotif. /SGS/Istimewa

Di satu sisi lagi adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat kelas menengah atas dinilai masih tumbuh sangat tinggi di 2021, hingga lebih dari 12 persen.

Jadi memang banyak uang dari kelas menengah ini yang harusnya bisa tersalurkan untuk membeli barang-barang dengan adanya insentif pemerintah itu.

"Ini kita harapkan bisa menjadi dorongan yang lebih cepat lagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di 2022 ini memang harapan kita lebih baik lagi dari 2021. Walaupun dengan segala resikonya, termasuk adanya varian Omicron. Kita mengharapkan kebijakan yang baik seperti ini bisa mendorong perekonomian," tutur Febrio.

Apakah pemberian insentif yang dilakukan pemerintah akan memberatkan fiskal?

Febrio menjelaskan bahwa itu semua sudah manageable (bisa diatur). Pemerintah mengharapkan multiplier effect dari insentif itu akan terus berlangsung.

"Tentang multiplayer effect, misalnya kalau rumah kan berarti dia akan beli alat bangunan, dia beli batu, semen, lalu tenaga kerjanya, lalu transportasinya, itu yang kita sebut sebagai multiplier effect. Demikian juga dengan industri otomotif," jelas Febrio.

Ditambahkannya, otomotif lingkupnya dengan banyak faktor di perekonomian itu sangat tinggi dan sangat besar. Sehingga multiplier effect-nya tinggi.

"Kalaupun kita mengorbankan penerimaan perpajakan dalam jangka pendek, sebenarnya dalam jangka menengah ini tidak terlalu signifikan dampaknya bagi penerimaan. Bahkan sebenarnya jadi bagus, karena kemajuan perekonomiannya. Jadi kita nggak terlalu masalah karena penerimaan kita cukup banyak juga," pungkas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu.***

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x