Hasil Survei Terbaru di Jawa Barat, Prabowo Unggul di Jabar, Gerindra Salip PDIP

28 September 2023, 21:33 WIB
Hasil survei terbaru, Prabowo di Jawa Barat lebih unggul dibanding calon lain /



GALAMEDIA NEWS - Berdasarkan hasil survei terbaru, elektabilitas Prabowo Subianto mengungguli jauh dua calon presiden potensial lainnya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo di Jawa Barat. Sementara partai yang dipimpinnya, Gerindra telah berhasil menyalip PDI Perjuangan ke posisi nomor 1.

Demikian hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang disampaikan kepada pers di Bandung Jawa Barat, Kamis (28/9). Survei memotret preferensi pemilih warga Jawa Barat terhadap calon presiden, calon wakil presiden dan partai politik.

Adapun survei dilakukan dari tanggal 10 – 19 September 2023 dengan menggunakan metode Multistage Random Sampling dengan jumlah responden standar 440, melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dengan margin of error 4,8%.

Baca Juga: 34 Siswa SD Negeri Jati 3 Saguling Bandung Barat Keracunan Cimin

Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah yang memaparkan temuan survei tersebut, Prabowo masih kokoh memimpin elektabilitas, baik dalam simulasi perorangan maupun pasangan. Untuk perorangan, Prabowo unggul 46,1%. Namun, pada saat berpasangan dengan Erick Tohir, turun 3 % menjadi 43,4%.

Di urutan kedua, Anies Baswedan unggul diatas Ganjar Pranowo dengan 29,3%. Sama dengan Prabowo, saat Anies berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, juga turun 4% menjadi 25,5%. Sementara Ganjar harus puas di posisi ketiga dengan elektabilitas 18,4%.

Yang menarik, lanjut Toto, meski Ganjar masih di posisi nomor urut 3, saat dibuat simulasi berpasangan dengan Ridwan Kamil, elektabilitasnya naik dari 18,4% menjadi 24,8%. Begitu juga saat Ganjar berpasangan dengan Sandiaga Uno, naik menjadi 20,0%.

Toto membandingkan, jika merujuk pada data survei LSI Denny JA satu tahun sebelumnya, yakni Februari 2022, ketiga capres potensial ini memang sama-sama mengalami kenaikan. Prabowo, naik dari 26,0% ke 46,1%, Anies dari 17,3% ke 29,3% dan Ganjar, dari sebelumnya 7,8% menjadi 18,4%.

Dijelaskan Toto, dari hasil analisis kualitatif, keunggulan Prabowo di posisi nomor 1 lebih karena dia sudah punya modal awal pernah ikut bertarung sebagai capres pada periode sebelumnya, dimana dia memang sudah unggul di Jawa Barat. Kedua, karena mesin partai Gerindra juga sudah relatif bergerak.

Ditambah lagi, lanjut Toto, ada pergerakan Dedi Mulyadi yang cukup massif dan all out mengampanyekan Prabowo dengan serangkaian event budayanya di sejumlah titik di Jawa Barat. Yang pasti, Dedi juga membawa gerbong pemilih dari yang sebelumnya Golkar sekarang mendukung Prabowo yang mendukungnya saat dia sekarang hijrah ke Gerindra.

Baca Juga: Bapenda Jabar Tanggapi Wacana Penambahan Pajak Kendaraan Tak Lolos Uji Emisi

Adapun dua capres lainnya, Anies dan Ganjar, dukungan menaik lebih karena mulai massifnya aneka atribut ruang publik seperti sepanduk, banner dan stiker. Termasuk, sejalan dengan makin luasnya pengetahuan publik di Jabar terhadap nama-nama para capres. Terutama, lewat aneka platform sosmed.

Gerindra Salip PDIP

Sementara itu, terkait dengan elektabilitas partai, Gerindra dengan 18,2% telah berhasil menyalip PDIP yang sebelumnya 18,8% tergusur ke peringkat ketiga menjadi 15,7%. Urutan nomor kedua, diduduki Golkar dengan 16,8%. PKS 10,2%, PKB 6,1%, PAN 5,5%, Demokrat 4,8%, Nasdem 3,9%, PPP 2,3% dan Perindo 1,4%. Sementara partai lainnya, Partai Ummat, PSI, PBB dan Garuda masih dibawah 1%.

Dalam analisis kualitatif sementara, kenaikan Gerindra ini selain karena mulai bergeraknya mesin partai, juga disumbang oleh faktor personal Prabowo yang unggul sebagai capres di Jawa Barat. Tepatnya, Gerindra termasuk partai yang berhasil mendapat berkah elektabilitas dari coat-tail effect (efek ekor jas) Prabowo.

Adapun kenaikan Golkar, dari sebelumnya peringkat ke 3 dengan 14,7% naik ke peringkat kedua dengan 16,8%, salah satunya, diduga ada faktor Ridwal Kamil yang semakin diketahui publik telah resmi menjadi kader Golkar. Sehingga, ada semacam konversi suara pemilih RK yang masih tinggi sebagai calon gubernur menjadi suara pemilih Golkar.

“Tentu itu salah satu faktor saja. Karena survei ini lebih bersifat kuantitatif, bukan kualitatif. Mungkin perlu FGD untuk mengetahui pastinya. Yang jelas, faktor penyebabnya tidak tunggal. Apalagi, dalam tiga empat bulan kedepan peta politik masih sangat dinamis,” ungkapnya.***

Editor: Ryan Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler