Agama dan Adat Istiadat: Pertentangan Pengetahuan, dan Kebiasaan

- 22 Juni 2021, 05:58 WIB
Rahmadi
Rahmadi /Rahmadi/

Oleh karena itu, sejak jaman Walisongo digunakanlah metode atau tradisi nilai-nilai kultur orang lokal Nusantara ini sebagai alat untuk menyampaikan. Dan itu terbukti ampuh, sehingga dalam waktu kurang dari 50 tahun, Walisongo mampu mengIslamkan masyarakat Nusantara dari yang semula 90% Hindu-Budha berbalik menjadi 90% Islam.

Lalu yang kedua digunakannya kebudayaan sebagai metode atau alat dalam menyampaikan ajaran Islam dikarenakan dengan kebudayaan ini wajah Islam menjadi menyenangkan dan kompatibel dengan tradisi lokal yang berkembang di masyarakat.

Contohnya terjadi pada cara berpikir orang yang berkeyakinan pribumi yang beralih memeluk agama Islam yang menganggap bahwa hari raya idul fitri menjadi budaya saling memaafkan, namun didalam agama itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalani puasa di bulan ramadhan.

Manusia yang beragama sudah pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu beragama.

Baca Juga: Jangan Lagi Memakai Masker Kain! Ternyata Begini Risikonya

Dengan membiasakan diri kita mengenal kebudayaan, agama, dan adat istiadat sejak kecil, maka kita dapat langsung bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita saat kita beranjak dewasa.

Dan kita akan berpikir berulang-ulang ketika ada kebudayaan, agama, dan adat istiadat baru yang muncul di sekitar atau lingkungan kita. Sehingga hal itu tidak sampai akan punah termakan zaman.***


Pengirim:
Rahmadi
Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa 2019
Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau
[email protected]

Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim

Halaman:

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x