Dr. Socrates S. Yoman, Realita Terbalik, Mestinya Bawa Kemajuan untuk Papua Malah Sebaliknya

- 11 Juli 2021, 18:52 WIB
Prof. Imron Caton, Pemerhati Isu Strategis dan Isu Papua./dok.istimewa
Prof. Imron Caton, Pemerhati Isu Strategis dan Isu Papua./dok.istimewa /

Cultural Shock
Pada awalnya saya juga menderita 'cultural shock', karena dengan predikat 'Wong Sabrang', cenderung sulit bagi saya untuk mendapatkan pemondokan di Kota Yogyakarta, yang indah tersebut.

Akan tetapi, saya idak lantas 'mutung', pulang kampung, mengamuk dan membakar kota serta membunuh orang-orang yang tidak berdosa di Sumatera.

Saya menyadari bahwa reaksi penduduk Yogya tersebut ternyata hanya artifisial. Tidak fundamental, setelah saya berbaur, tidak eksklusif dengan mereka.

Saya juga mungkin satu-satunya orang non-Jawa (Batak), yang menerima gelar tertinggi dari Kraton Yogyakarta, yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Duta Wirabangsa.

Baca Juga: Mahfud MD dan 2 Menteri Ini Bakal Jadi ‘Juru Selamat’ Kabinet Jokowi, Cendikiawan: Lha, Malah Menag dan Mensos

'Prejudice' selalu menyertai ketika dua budaya berinteraksi, yang kemudian menguap tidak meninggalkan bekas, ketika sifat-sifat kebaikan universal termanifestasikan.

"Pepatah Jawa mengatakan, cinta datang dengan kebiasaan (tresno jalaran soko kulino).

Baik–buruk adalah sifat universal, yang ada di diri manusia. Oleh karena itulah, agama dan budaya muncul sebagai jawaban, bukan justru dipergunakan untuk mendikotomikan masyarakat, dengan memposisikan diri sebagai korban (playing victim), sementara pihak lain adalah penindas (oppressor).

Realita Terbalik
Terkait Pembalikan Fakta Sejarah (Twisted Historical Reality), sebagai seorang tokoh agama dan intelektual bergelar doktor, Socrates S. Yoman seyogianya mampu memilah-milahkan informasi yang disajikan oleh sosial-media dengan fakta berbasis sejarah dan hukum internasional, tentang status Tanah Papua (West Papua) di dalam kerangka NKRI.

Sampai saat ini, tidak terdapat pernyataan Kerajaan Belanda, yang membantah bahwa wilayah jajahan (koloni) nya di Nusantara (Indonesia moderen), adalah terbentang dari Sabang hingga Merauke. Ketika VOC bubar pada tahun 1800, pemerintah Belanda mengambil-alih penjajahan di kepulauan Nusantara.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x