Dr. Socrates S. Yoman, Realita Terbalik, Mestinya Bawa Kemajuan untuk Papua Malah Sebaliknya

- 11 Juli 2021, 18:52 WIB
Prof. Imron Caton, Pemerhati Isu Strategis dan Isu Papua./dok.istimewa
Prof. Imron Caton, Pemerhati Isu Strategis dan Isu Papua./dok.istimewa /

Mengenai Teologi Pembebasan yang selalu dijadikan alasan melakukan agitasi pada ummat kristiani Papua, Imron menyampaikan "Teologi Pembebasan digagas oleh tokoh gereja Gustavo Guierrez Merino" (Peru, 1970an).

Pada dasarnya, ideologi tersebut berkeyakinan bahwa gereja adalah penyelamat rakyat di tengah-tengah suasana kekacauan dan penindasan.

Teologi Pembebasan merebak di hampir seluruh negara-negara Amerika Latin, seperti antara lain: Argentina, Chili, Paraguay, El Salvador, Guetemala, Venezuela, dan Nikaragua.
Namun, praktis gagal mengubah 'political landscape' wilayah Amerika Latin. It wasn’t a viable solution.

Terpana
Atas dasar itulah, Pendeta Socrates S. Yoman kemungkinan masih terpana oleh, dan terperangkap dalam ideologi Teologi Pembebasan.

Padahal ideologi itu sudah terbukti gagal dan bahkan sudah ditinggalkan di wilayah dimana aliran tersebut lahir, dengan cara mencoba memanipulasi sentimen bahwa OAP terjajah, terpinggirkan, dan diperlakukan secara diskriminatif, ujarnya.

Adalah ironis, jika Undang-Undang No.: 11/2001 Tentang Otonomi Daerah (Tanah Papua), yang praktis mengalokasikan seluruh jabatan-jabatan strategis kepemerintahan secara eksklusif kepada OAP, sementara menutup peluang bagi para pendatang untuk berkompetisi secara bebas untuk mengisi jabatan-jabatan dimaksud, berdasarkan prinsip meritokrasi.

Baca Juga: BUMN Holding Jasa Survei Gelar Webinar Soal Gelombang II Covid-19: Bukan Mutasi Penyebab Cepatnya Penyebaran

Praktis, orang-orang Non-OAP terdiskriminasikan di Tanah Papua, atas nama kredo 'Papua Untuk Papua'. Sementara OAP tetap memiliki peluang untuk berkompetisi dan berkarya di seluruh wilayah NKRI.

Tampaknya, Pendeta Socrates S. Yoman perlu juga berkaca tentang apa yang saat ini terjadi di Timor Leste, yang tidak mampu membentuk pemerintah selama bertahun-tahun, walau secara historis kedua wilayah tersebut tidak dapat diperbandingkan.

Berlarut larutnya permasalahan Papua tidak lepas dari akar masalah yang terjadi. Esensi masalah di Tanah Papua sesungguhnya adalah tindakan koruptif para elit lokal dalam menggunakan triliunan rupiah dana otonomi daerah.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x