Wanggi Hoed, Gaungkan Isu Kemanusiaan Melalui Pantomim

- 21 September 2020, 16:16 WIB
/

“Saya pun belajar ilmu disiplin lain, bukan hanya seni pertunjukan, dan saya pun harus tahu cara mengapresiasi semua temen-temen. Seni rupa, seni musik ,seni tari, tradisinya, dan sub-sub kultur anak muda,” jelasnya.

Baca Juga: Sadis, Tersangka Curanmor Ini Lumuri 17 Wajah Korbannya dengan Sambal Cabai

Masih dalam ceritanya, Wanggi jelaskan jika pantomim bukan lagi passion menurutnya. Dirinya sudah diajak untuk bekerja menjadi guru di SD, SMP, SMA, mengajar di yayasan, dosen, tapi ia tolak karena merasa bukan kapasitasnya berada di zona itu. Ketika memasuki ruangan-ruangan tersebut, ia sadari sebagai seniman sudah tidak memiliki ‘warna’ lagi.

Momen dimana hal itu ia akui bahwa pantomim bukan passion dan bukan profesi, tapi menjadi hidup, karena Wanggi menjalani kehidupannya melalui pantomim. Lalu, pantomim menurutnya termasuk benda asing namun punya cara dan value untuk bisa menyerap esensi dari pantomim itu. Elemen dan bahan bakarnya Wanggi katakan adalah tubuh.

Pasalnya, tubuh dan imajinasi tidak bisa dijual di mana pun. Dua elemen itu yang kemudian menjadi penggerak dirinya memilih pantomim.

Baca Juga: Hebat, Ini Manfaat Bawang Putih, Mulai untuk Kesehatan Jantung Hingga Mencegah Kanker

Pertunjukannya dengan selalu mengenakan ikat kepala, yang memiliki filosofi berupa terikat untuk mengikat sesuatu, terutama imajinasi dan tubuhnya agar tidak terkontrol oleh ruang lain. Kata Wanggi, saat bermain menjadi simbol untuk penonton yang datang juga menjadi terikat.

Lalu pakaian putih yang dikenakan memiliki arti suci, bersih. Wanggi ungkapkan seperti melukis diatas kanvas hitam, dan dirinya bayangkan sebagai warnanya.

Menikmati pantomim meski pasti ada suka duka yang dirasakannya, seperti menderita dan kelaparan merupakan salah satunya. Kesenangan lainnya, bertemu dan berkolaborasi dengan banyak orang, termasuk musisi-musisi.

“Kolaborasi bareng bottlesmoker, efek rumak kaca, banda neira, dan saya lupa,” ucapnya dengan canda hangat. Lanjutnya, seniman Prancis dan Malaysia pun pernah dipertemukan.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x