Faktor Akademis dan Budaya Mager Bikin Kualitas Kecerdasan di Indonesia Lebih Rendah daripada Jepang

- 14 Maret 2024, 12:37 WIB
Ilustrasi kualitas kecerdasan anak. /pexel/@Max Fischer
Ilustrasi kualitas kecerdasan anak. /pexel/@Max Fischer /

GALAMEDIANEWS - Indonesia masih memiliki budaya mager yang marak dilakukan karena malasnya belajar dibandingkan Jepang yang menduduki posisi pertama karena disana banyak orang sangat rajin belajar.

Jika dilihat kualitas pendidikan Indonesia sangat rendah dikarenakan masih banyak orang yang melakukan sistem kebut semalam (SKS). Soalnya ini sering banget dilakuin oleh netizen Indonesia mendekati masa ujian sehingga waktu belajar juga menjadi berkurang.

Magernya belajar juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti lebih asyik bermain handphone daripada meluang waktu membaca materi. Kaum rebahan ini yang berpikir lebih baik untuk melakukan rutinitas lain diatas kasus daripada membaca buku dan menambah wawasan.

Baca Juga: Pesan Jadon Sancho untuk Manchester United Usai Bawa Borussia Dortmund ke Babak 8 Besar Liga Champions

Sebenarnya belajar juga membuat kita mengerti mengenai materi yang dijelaskan di dalam buku, selain menambah cakrawala dan wawasan akan suatu pengetahuan.

Dengan membaca itu akan membuat cerdas sehingga kualitas pendidikan di Indonesia juga akan memadai, bahkan lebih unggul daripada negara lainnya. Di Indonesia pendidikan formal dilakukan selama 12 tahun kemudian dilanjutkan ke perguruan tinggi negeri.

Membiasakan diri dengan belajar akan membuat diri terbiasa untuk menghadapi masalah yang terjadi, coba bayangkan saja jika minimnya literasi akan membuat kita tak akan bisa paham akan obrolan lawan bicara sehingga akan terlihat bodoh.

Apapun itu bisa dipelajari asalkan ada niat dan usaha, tapi bagaimana bisa melakukan itu semua kalau masih malas untuk menambah pengetahuan dan bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan peringkat tinggi.

Baca Juga: LENGKAP!! Spoiler One Piece 1110: Wujud Yokai 5 Gorosei vs Luffy

Jangankan kualitas pendidikan yang bermutu, budaya mager justru akan membuat malu satu negara karena memiliki kualitas pendidikan yang rendah.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terdapat 33.5% orang mageran di Indonesia pada tahun 2018, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 26,1%. Sehingga tak salah kalau Indonesia mendapatkan peringkat ke 41 dibandingkan Jepang.

Kebosan untuk melakukan rutinitas yang dirasakan oleh segelintir siswa juga membuat budaya mageran ini terjadi. Pasalnya apa yang dipelajari di sekolah juga tak selalu diingat, bahkan sebagian dari kita juga melupakan materi yang telah dipelajari.

Ada juga yang telah mempelajari dan mengambil jurusan tertentu tapi tak sesuai dengan passion, alhasil harus menjalani sesuatu dengan cara terpaksa untuk menempuh pendidikan tinggi. Ada juga yang memilih jurusan kuliah sesuai dengan passion dan kemampuan yang dimiliki.

Namun, 80% mahasiswa yang mengambil jurusan tertertu juga mengambil pekerjaan tak sesuai dengan program studi mereka. Mengapa hal ini terjadi? Bisa jadi itu karena semacam balas dendam karena tak bisa diterima sesuai dengan program studi yang diminati, mengejar passion, atau ingin mencoba sesuatu yang baru.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film untuk Ngabuburit Nunggu Azan Magrib, Ada Film yang Memperat Hubungan Kekeluargaan

Dilansir dari YouTube Kok Bisa pada Kamis, 14 Maret 2024.Tak jarang juga, banyak mahasiswa yang memilih untuk belajar di negara lain demi mendapatkan kualitas pendidikan yang baik seperti halnya dengan mengambil program studi di Jepang.

Omong-omong masalah Jepang, ternyata di negara Sakura itu justru memiliki kualitas pendidikan terbaik daripada negara lain. Bahkan negara mereka juga terkenal dengan para siswa dan mahasiswanya yang sangat rajin belajar.

Menurut data dari laporan World Population Review, yang telah dianalisis oleh psikolog Inggris bernama Richard Lynn menyebutkan dari 103 negara didunia ketika diukur tingkat kecerdasan menggunakan tolak ukur nilai Intelligence Quotient (IQ). Mendapatkan hasil Jepang menjadi negara pertama yang paling cerdas dibandingkan negara lainnya.

Jepang menempat posisi pertama dengan rata-rata IQ sebesar 106,48 poin. Hal ini dikarenakan adanya kualitas pendidikan yang sangat tinggi dan warganya sangat rajin belajar dibandingkan Indonesia yang masih mageran.

Baca Juga: Sempat Viral di Tiktok dengan Lagu “Kill Bill”, Berikut Rekomendasi 5 Lagu SZA Beserta Maknanya

Penilaian IQ ini ternyata memperhitungkan 3 indikator utama, yakni kemampuan literasi, matematika, dan sains. Lalu, kenapa sih Indonesia justru kalah daripada negara lainnya.

Alasan Jepang memiliki kecerdasan lebih unggul daripada negara lain ini karena generasi muda di Jepang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK global. Jepang menerapkan penanaman karakter, moral, dan etika yang fokus utama harus bisa melakukan tata krama terhadap orang lain.

Sama hal dengan Indonesia, di Jepang juga sejak dini sudah dilatih mengenai sikap dasar, pendidikan karakter, dan nilai moral. Negara Sakura yang merupaka negara maju tak hanya mengungguli dari segi kualitas pendidikan, tapi juga dari teknologi.

Selain itu di Jepang juga diajarkan mengenai prinsip kesopanan, kejujuran, empati, simpati yang ternyata sudah ditekankan di sekolah Jepang. Cara ini bisa ditiru oleh negara lain, bagaimana Jepang bisa unggul dalam segala aspek.

Baca Juga: Nasib Bandara BIJB Kertajati Runyam Jika Rute Penerbangan Tak Ditambah

Pembentukan karakter ini yang membuat Jepang menjadi berbeda daripada negara lain daripada alih- alih mengejar sistem akademik yang tinggi, Siswa tidak wajib ikut ujian sampai kelas 4 (sekitar usia 10 tahun).

Sebenarnya kalau ditilik, negara lain memang lebih menginginkan para siswa memiliki prestasi yang tinggi sehingga bisa membanggakan sekolah. Terutama di Indonesia juga terdapat lomba cerdas cermat yang bisa mengukut berapa kepintaran para siswa, apakah hal ini harus dilakukan.

Apalagi prinsip masih menggunakan ranking di sekolah akan membuat ini terasa tak adil sebab siswa yang mendapat rangking rendah akan menjadi iri dengan siswa yang mendapat rangking tinggi dan merasa tidak pintar. Pasalnya kecerdasan juga tak harus diukur dari nilai akademik.

Kepintaran seseorang juga dibedakan menjadi 9 jenis seperti linguistik, logika, visual, kinestik, musik,interpersonal, intrapersonal, alami yang sebenarnya mengapa sekolah di Indonesia selalu mengunggulkan kecerdasan akademik.

Baca Juga: Kerap Absen dengan Alasan Cedera, Kepindahan Mason Mount ke Manchester United Ternyata Bukan untuk Sepakbola

Sehingga siswa yang memiliki nilai terbaik yang bisa diterima di Universitas dengan predikat tinggi, mengapa terdapat kesenjangan dan berbeda dengan Jepang yang tak menggunakan sisi akademis sebagai tolok ukur kepintaran seseorang.

Yang sangat menarik, pendidikan di Jepang tidak terdapat ujian kenaikan kelas atau ujian nasional sehingga indikator seseorang bisa lulus di tingkat selanjutnya hanya berdasarkan kehadiran.

Kalau dipikir lagi, mengapa ujian perlu dilakukan lagi dan lagi ini semua hanya untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang.

Sempat merasa heran dengan pendidikan di Indonesia mengapa masih menggunakan ujian untuk masuk ke sekolah atau Universitas yang diinginkan, bukannya kecerdasan seseorang itu sama dan hanya berbeda hanya berdasarkan tingkat IQ. Mengapa orang yang pintar secara akademis harus selalu dipuja dan dibanggakan dibandingkan orang yang memiliki kecerdasan lain.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: YouTube Kok Bisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x