Wayang Golek Cupumanik yang Tak Lekang Oleh Zaman, Bahkan Terus Berkembang

- 30 September 2020, 14:52 WIB
Perajin wayang golek Cipunagara Pasirkaliki Kota Bandung
Perajin wayang golek Cipunagara Pasirkaliki Kota Bandung /Retno nur Hidayati /

GALAMEDIA - Jika berbicara mengenai beragam kesenian yang ada di Kota Bandung memang tidak ada habisnya. Kali ini galamedia akan membahas mengenai seni wayang golek.

Salah satu seni kerajinan yang terbuat dari bahan kayu ini merupakan warisan leluhur suku Sunda yaitu orang Jawa Barat. Jika Jawa Tengah punya Wayang Kulit, maka Jawa Barat punya wayang golek yang kerap dipertontonkan pada acara hajat besar kala itu.

Seperti misalnya kerajinan wayang golek yang ada di galeri Cupumanik, Kota Bandung. Berdiri sejak 1980 yang digagas oleh Herry Hermawan (almarhum) dan saat ini dilanjutkan oleh anaknya Wida Widyanti. Salah seorang pengrajin wayang golek yang sudah cukup lama bekerja yaitu, Epin Syafrudin (68) yang juga paman dari pemilik galeri Wida.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Keamanan Akun ShopeePay, Simak Caranya

Dirinya belajar membuat wayang seorang diri tanpa bantuan guru. Namun karena darah seni yang mengalir ditubuhnya membuat dirinya terampil dalam melukis dan membuat wayang.

“Saya ini di sini dari waktu masih SMP sekitar tahun 1967, terus belajar sampai lulus STM (SMA saat ini) tahun 1972 hingga akhirnya bekerja sampai sekarang. Kalau dihitung sudah hampir 50 tahun kerja di sini, karena saya ada darah seni dari kakek dan bapa saya, awal mulanya sebenernya tidak ke wayang golek tapi kerajinan keramik. Baru di tahun 70-an saya mencoba mendalami perihal perwayangan,” katanya saat ditemui di galeri wayang golek Cupumanik, Jl.H.Akbar, pasir kaliki, kecamatan cicendo, Bandung, Rabu 30 september 2020.

Berangkat dari perkataan kakeknya yang menginginkan seni wayang golek ini untuk terus ada, akhirnya Epin mempelajari secara mandiri terkait proses pembuatan wayang hingga jadi. Karena zaman dahulu seni pertunjukan wayang sangat digemari oleh banyak kalangan, maka budaya yang menempel pada seni pertunjukan tersebut harus terus dilestarikan. Namun tentu saja dirinya tidak serta merta langsung membuat wayang dengan ukuran besar, dia belajar membuat wayang dari ukurannya yang kecil untuk souvenir atau maskot.

Baca Juga: Hati-hati, Ini Empat Kerugian Kesehatan Pisik Akibat Penyakit Insomnia

Sampai saat ini Epin masih terus mempelajari proses pembuatan wayang, karena tidak merasa puas. Dirinya juga seringkali mengikuti permintaan pelanggan dengan sedikit memodiffikasi bentuk wayang karena keinginan konsumen yang berbeda-beda.

Epin bersama 6 pengrajin yang lain di galeri cupumanik ini masih terus mempertahankan seni membuat wayang agar tidak punah. Dahulu wayang buatannya terjual laris dipasaran hingga ke luar negeri, namun di tahun 2015 hingga saat ini penjualannya menurun.

“Wayang yang dijual disini itu ada wayang antik, kita disini bukan melanggar tradisi atau adat tapi ide muncul dari para tamu dan konsumen yang datang, kalau dahulu turis itu banyak sekali yang datang seminggu bisa dua bis yang berkunjung di tahun 75-90-an. Jadi mereka yang datang juga menyumbangkan ide untuk pembuatan wayangnya,“ jelasnya.

Baca Juga: Langkanya Pupuk Bersubsidi Sulit Didapat, Petani di Kabupaten Bandung Mulai Kelabakan

Sementara itu untuk proses pembuatan yang ada di galeri ini, pengrajin hanya melakukan pengecetan hingga finishing untuk pembuatan ukirannya dilakukan oleh pengrajin dari Purwakarta, Majalaya dan Sumedang.

Lebih lanjut dirinya mengatakan untuk harga wayang yang dijualnya paling mahal mencapai Rp 4 juta hingga Rpta rupiah, sementara harga terendahnya dijual Rp. 20.000 untuk barang kecil seperti buah tangan.

Saat ini dirinya lebih memilih menjadi pegawai karena pekerjaan yang tidak terlalu berat sekaligus dijadikan sebagai sarana hiburan untuk mencurahkan apa yang sudah dipelajarinya dahulu.

Baca Juga: 51 Ribu PPPK Bisa Bernafas Lega: Aturan Diteken Jokowi, Gajinya Bisa Lebih Besar dari PNS

Dirinya lebih menyukai memodifikasi wayang yang diinginkan oleh konsumen ketimbang memeriksa barang masuk dan keluar, sehingga Epin menyerahkan pengelolaan dan pemasaran galerinya ini kepada keponakannya, Wida.

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan wayang ini yaitu kayu lame dan albasiah kering, alasannya menggunakan albasiah kering karena sifatnya yang tahan lama sehingga tidak mudah terserang hama.

 

“Sebenarnya menjadi pengrajin wayang seperti ini banyak sukanya, kalau dukanya mungkin paling sekarang ini pengunjung dan pembeli jadi sepi sejak tahun 2015 padahal dulu banyak sekali bahkan penjualannya bisa sampai Jerman, Belgia, negara di Eropa dan Asia. Nah saat ini tidak pernah ada yang memesan lagi, bahkan yang ada di pulau jawa seperti pasar raya, batik keris, sarinah juga sudah tidak pernah memesan hampir 5 tahun ini. Dahulu banyak pelanggan bahkan pemerintah ikut campur sampai ada Dekranas(dewan kerajinan nasional), kerajinan kita sebanyak mungkin disetor kesana,” ujarnya.

Baca Juga: Kabupaten Bekasi Perpanjang Masa PSBM Selama Empat Pekan Kedepan

Lebih lanjut dirinya menjelaskan saat ini pegawai yang bekerja hanya 6 orang padahal dulu jumlahnya sampai 80 pengrajin. Karena penjualan yang sepi tadi berimbas pada pemecatan sejumlah karyawan, sehingga mau tidak mau beberapa pengrajin harus dikeluarkan. Walaupun demikian usahanya masih terus berjalan dengan berbagai strategi jualan yang dilakukan seperti melakukan pemasaran secara online melalui media sosial.
Sama seperti pedagang lainnya karena dampak pandemi ini dirinya sempat menutup galeri wayang golek tersebut karena mengikuti anjuran pemerintah, namun karena sudah kembali ke masa new normal akhirnya dia membuka kembali galerinya dan pengrajin dapat kembali bekerja.

Epin juga berharap semoga kedepannya anak muda, para generasi penerus bangsa bisa meneruskan budaya leluhur wayang golek khususnya masyarakat jawa barat dan umumnya semua anak muda. Sehingga seni budaya sunda tidak akan hilang dan berkelanjutan, agar apa yang menjadi warisan leluhur bangsa dalam hal ini wayang golek bisa terus Berjaya dan dicintai bahkan dikenal hingga anak cucu nanti.

Baca Juga: Liga Ditunda, Persib Liburkan Pemain dan Rancang Program dari Awal

“Saya harap semoga anak-anak muda mau meneruskan dan membudidayakan wayang golek ini, lewat cara saat ini saja di foto lalu ditawarkan di media sosialnya supaya orang lain bisa melihat juga. Dan akan ada terus bukti nyata hasil karya berupa wayang golek yang diabadikan, foto tawarkan itu juga ada presentasenya dalam dunia berbisnis seperti itu,” pungkasnya.

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x