Bahaya! Jabodetabek Terancam Krisis Daging Sapi Berkepanjangan

22 Januari 2021, 22:03 WIB
Polisi berjalan di los daging yang sepi akibat aksi mogok pedagang di Pasar Senen, Jakarta, Rabu, 20 Januari 2021. Para pedagang daging sapi di sejumlah pasar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi mogok jualan mulai Rabu hingga Jumat. /ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA

GALAMEDIA - Lonjakan harga daging sapi, khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) bukan masalah biasa.

Kenaikan tersebut bisa mengancam pasokan daging dalam waktu panjang. Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Muladno Basar.

Muladno menilai, wilayah Jabodetabek bisa mengalami krisis daging sapi berkepanjangan jika tidak disikapi dengan solusi jangka panjang dari pemerintah dan pelaku usaha.

Baca Juga: Ajak Tokoh Bangsa Tobat Nasional, Haji Lulung: Bencana Terjadi Akibat Kerakusan Manusia!

Seperti diketahui, saat ini lonjakan harga daging sapi itu menyebabkan para pedagang di pasar tradisional melakukan aksi mogok.

Kondisi tersebut, ujar Muladno, hanya terjadi di wilayah DKI Jakarta dan Bodetabek.

"Peningkatan harga daging sapi juga hanya terjadi pada wilayah Jabodetabek saja, bukan secara nasional," kata dia dalam diskusi yang digelar Pataka secara virtual, Jumat, 22 Januari 2021.

Muladno menyatakan, harga yang melonjak tinggi ini merupakan dampak dari ketergantungan Indonesia terhadap impor daging sapi dari negara lain, khususnya Australia.

Baca Juga: Joe Biden Tak Akan Ganggu Posisi Direktur FBI yang Sempat Jadi Sasaran Kemarahan Trump

"DKI dan Botabek bisa krisis daging sapi berkepanjangan karena impor sapi bakalan dari Australia mahal. Kemudian, impor sapi dari Brazil dan Meksiko juga mahal karena terlalu jauh dari segi jarak atau geografis," lanjut dia seperti dikutip dari Antara.

Selain karena bergantung pada impor, Muladno menyatakan, produksi sapi bakalan di Indonesia tidak mencukupi. Sapi bakalan jantan di Indonesia lebih banyak disiapkan oleh peternak untuk Hari Raya Idul Adha.

Jabodetabek merupakan wilayah konsumen daging ternak. Di sisi lain, ada delapan provinsi yang bisa memasok daging ke Jabodetabek dengan populasi sapi jantan di atas 750.000 per provinsi.

Baca Juga: Candi Borobudur Diguncang Ledakan Bom, Stupa dan Patung Buddha Rusak pada 21 Januari 1985

Delapan provinsi tersebut, yakni Jawa Timur dengan populasi tertinggi di atas 4 juta ekor, diikuti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Sumatra Utara, Lampung dan Bali.

Namun demikian, delapan provinsi ini juga tidak cukup memenuhi kebutuhan pangan hewan ternak ke Jabodetabek. Oleh karena itu, Indonesia memasoknya dari Australia dengan populasi sapi di atas 26 juta ton.

Salah satu provinsi di Australia, Darwin, juga memasok untuk kebutuhan daging ke Jakarta, karena jaraknya yang lebih dekat dibandingkan wilayah Sulawesi.

Baca Juga: Hiii...Bikin Merinding, 'Potongan Kaki Manusia' Ditemukan Tercecer di Jalan Raya

Dengan ketergantungan impor dari Australia, harga daging sapi di Jabodetabek akan terkatrol naik jika harga sapi bakalan di negara tersebut mengalami kenaikan.

Oleh karenanya, Muladno menilai kegiatan industri sapi ini sebaiknya dsserahkan pada pelaku usaha.

"Serahkan kegiatan industri sapi ini ke pebisnis secara total. Pemerintah hanya terbitkan regulasi yang kondusif bagi pebisnis," tandasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler