GALAMEDIA - Hampir 80 orang tewas dalam kerusuhan penjara di empat penjara di Ekuador, termasuk 18 tahanan yang ditemukan dalam kondisi terpotong-potong.
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (25 Februari 2021) para pejabat menyebut peristiwa kali ini sebagai kekerasan penjara paling berdarah dalam sejarah negara tersebut.
Baca Juga: Ciptakan Single Baru, Natta Reza Kisahkan Perjalan Menunggu Buah Hati Bersama Wardah Maulina
Kepala polisi nasional Ekuador melalui Twitter mengonfirmasi pemberontakan berlangsung di sebuah penjara di kota pelabuhan Guayaquil.
Polisi dan pasukan pengaman khusus diturunkan ke pusat-pusat penahanan di kota Cuenca, Guayaquil dan Latacunga.
Geng-geng napi dilaporkan bertempur dengan pisau dan senjata buatan tangan dalam apa yang disebut pihak berwenang sebagai kekerasan terkoordinasi.
Baca Juga: Tanggapi Kerumunan di NTT, Ketua Nasdem Irma: Sama-sama Melanggar, Kerumunan Jokowi dan HRS Berbeda
Sementara itu mengetahui kekerasan tengah berlangsung, sejunlah kerabat narapidana mendatangi penjara.
Mereka cemas dan berharap orang-orang yang mereka cintai selamat. Warga menyaksikan dengan ngeri saat truk pickup dan mobil jenazah membawa peti mati dari penjara.
Terungkap geng-geng napi mulai terlibat bentrok demi memperebutkan kepemimpinan sejak Desember.
Baca Juga: Tanggapi Kerumunan di NTT, Ketua Nasdem Irma: Sama-sama Melanggar, Kerumunan Jokowi dan HRS Berbeda
Kala itu pemimpin salah satu geng Los Choneros, yang dianggap sebagai kelompok paling kuat terbunuh di sebuah pusat perbelanjaan beberapa bulan setelah dibebaskan.
Beberapa konfrontasi berdarah juga pecah sehari sebelumnya di penjara dengan keamanan maksimum di Guayaquil dan Cuenca.
Otoritas penjara SNAI mengatakan semua yang tewas dalam kerusuhan adalah tahanan.
“Berkat tindakan yang dilakukan antarlembaga dan Kepolisian Nasional, situasinya ... terkendali,” ungkap pihak berwenang dalam sebuah pernyataan.
Tetapi pada Rabu malam, Patricio Carrillo, kepala polisi nasional Ekuador, memperingatkan tentang kerusuhan baru di penjara Guayaquil, dengan mengatakan aparat bersiap untuk mengintervensi dengan kekuatan penuh.
Perlu empat jam bagi aparat untuk mengendalikan chaos.
Baca Juga: HATI-HATI! Susul Vtube dan Tiktok Crash, Kini Snack Video Diduga Ilegal
Kantor kejaksaan Ekuador yang memulai penyelidikan atas kerusuhan tersebut mengatakan 18 mayat ditemukan terpotong-potong di salah satu penjara.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Presiden Lenin Moreno mengakui sistem penjara negara mengalami kelebihan kapasitas hingga 30 persen, selain kekurangan dana dan personel yang memadai.
Lebih jauh kerusuhan dipicu tindakan pihak berwenang yang membongkar laboratorium pemrosesan kokain dan menyita 128 ton obat terlarang tersebut pada tahun 2020.
Temuan ini menjadi rekor tersendiri.
Baca Juga: Stadion GBLA Siap Dilelang, Persib Disebut Paling Serius
“Apa yang terjadi kemarin bukan kausal, itu diorganisasi dari luar penjara dan diatur secara internal oleh mereka yang membangkang pada kepemimpinan geng dan konflik perdagangan narkoba di seluruh wilayah nasional,” katanya.
"Jadi apa yang terjadi kemarin bukanlah kebetulan, ini sebuah konsekuensi," tambah Moreno.
Ia kini tak menampik pihaknya akan mencari bantuan internasional dalam memerangi kejahatan terorganisasi negaranya.
Tahun 2019, Moreno mendeklarasikan sistem penjara Ekuador dalam keadaan darurat setelah 24 orang tewas dalam gelombang kekerasan.***