Rembuk Nasional Perunggasan Nasional, Wamendag: Negara Harus Hadir Atasi Problematika Peternak Nasional

2 Maret 2021, 19:41 WIB
Wamendag Jerry Sambuaga (kanan) dan Ketua Umum Pinsar Singgih Januratmoko (kiri) /Dok Pinsar

GALAMEDIA - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) dan Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) menggelar Rembuk Nasional Perunggasan Nasional VIII di Grand Ballroom Hotel Trans, Kota Bandung, Selasa 2 Maret 2021.

Acara yang dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga itu, membahas berbagai program kerja dan mencari solusi permasalahan yang dihadapi para peternak nasional.

“Acara ini penting untuk meningkatkan soliditas dan kemampuan dan ketahanan peternak dan pengusaha di bidang perunggasan. Saya berharap negara bisa selalu hadir dan memberi dukungan para pelaku di bisang perunggasan,” ujar Wamendag Jerry Sambuaga.

 Baca Juga: MUI Jabar Imbau Lembaga Penyiaran Selektif Mengambil Juru Dakwah yang Moderat atau Wasathiyah

Ia menegaskan, pemerintah akan menyerap aspirasi para peternak. Pasalnya, rakyat Indonesia masih kalah jauh tingkat konsumsi ayam dan telur yang merupakan sumber protein yang terjangkau dibanding dengan negara lain. Apalagi pada saat pandemi, protein sangat dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas.

Menurut data Statista pada 2019, rata-rata masyarakat Singapura mengkonsumsi daging ayam 34 kilogram per kapita per tahun, sementara Malaysia 24 kilogram per kapita pertahun. Sedangkan Indonesia hanya 12 kilogram per kapita per tahun.

Menurut Jerry Sambuaga, rembuk nasional tersebut bisa mendorong peningkatan konsumsi nasional yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

Dalam rembuk nasional dengan mengangkat tema “Perkuat Sinergitas Kolaborasi Antar Peternak dalam Mewujudkan Iklim Usaha Ayam Broiler yang Berdaulat, Adil, dan Sejahtera Bagi Semua”, juga dicanangkan gerakan mengkonsumsi ayam dan telur “Slogan yang kami usung, “Makan Ayam dan Telur Meningkatkan Imunitas,” ujar Ketua Umum Pinsar Singgih Januratmoko.

Baca Juga: Takut Disuntik Vaksin Covid-19, Polisi Ini Sampai Harus Berteriak-teriak dan Keluarkan Keringat Dingin

Menurutnya, imunitas ini dari protein ini penting agar tubuh tak mudah terinfeksi Covid-19. Selain itu, meningkatkan konsumsi juga berdampak bagi peternak.

“Industri perunggasan itu menyerap 30 persen tenaga dan memutar ekonomi sebesar Rp450 triliun. Hal ini bisa menyebabkan kerawanan ekonomi dan sosial bila bisnis perunggasan terpukul,” ujar Singgih Januratmoko yang juga anggota DPR Fraksi Golkar.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Gopan, Herry Dermawan mengatakan empat pilar usaha peternakan belum bisa bekerja sama. “Selama ini empat pilar itu baru kerja bersama, belum bekerja sama,” ujarnya.

Ia menyebut pabrik pakan bila bahan baku naik, serta merta menaikkan harga tanpa memikirkan peternakBaca Juga: Diserang Penyakit, Siasati Merugi Lebih Besar Petani Udang Di Cikalong Panen Lebih Awal

Sementara breeding farm, bila day old chicken (DOC) anak ayam naik, harganya dinaikkan tanpa peduli biaya produksi yang dikeluarkan peternak juga naik.

Dari sisi peternak, bila bisa menekan harga DOC semurah-murahnya, juga melakukannya tak peduli breeding farm tutup. “Sementara bandar atau pedagang ayam bisa menekan harga semurah mungkin, ia juga lakukan,” imbuhnya.

Idealnya, mereka saling berkomunikasi dan saling menghargai. “Untungnya, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan saling berkomunikasi, sehingga mampu membatasi suplai dan permintaan sehingga harga stabil.

Sementara Kementerian Perdagangan memberikan harga acuan yang tak merugikan peternak,” ujar Herry.

 Baca Juga: Korban Longsor Cimanggung Segera Tempati Rumah Baru

Pemerintah Komitmen Mendukung Peternak

Dalam sesi diskusi, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kementerian Perdagangan, Syailendra mengatakan, pemerintah membutuhkan postur harga dari inan perunggasan, agar pemerintah bisa menentukan harga acuan.

“Pemerintah juga bisa menentukan harga jual jagung, agar pasokan bahan baku pakan ayam bisa terjaga,” imbuhnya. Terkait peternak mandiri, yang selalu pada posisi tertekan, pihaknya menerima masukan secara terbuka.

“Misalnya peternak mandiri berkolaborasi dengan BUMN di bidang peternakan,” imbuhnya.

Menurut Syailendra, pihaknya sangat memahami kondisi para peternak. Menurutnya pada saat pandemi, biaya produksi naik sementara permintaan menurun. Tentu ini memukul bisnis peternakan ayam.

 Baca Juga: Geger! Sebagai Penyusun, BKPM Akui Lampiran Investasi Miras Didebat Sangat Sengit

Hal senada juga disampaikan Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, ia mengatakan tugas pemerintah adalah melindungi masyarakat, dalam hal ini para peternak ayam.

Ia mengingatkan, kondisi saat ini adalah kondisi yang paling tidak stabil, bukan hanya bagi peternak di Indonesia namun di seluruh dunia. “Untuk tidak saling menyalahkan antara para pelaku bisnis perunggasan,” imbuhnya.
***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah

Tags

Terkini

Terpopuler