Presiden Jokowi Dianggap Aktor Intelektual Pengkerdilan KPK, Andi Arief: Robohnya Sukma Reformasi!

5 Mei 2021, 13:08 WIB
Politisi Partai Demokrat, Andi Arief. /Twitter.com/@andiarief_/

GALAMEDIA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali jadi sorotan setelah informasi mengenai puluhan pegawainya terancam dipecat gara-gara tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK).

Berdasarkan laporan sebelumnya, disebutkan setidaknya 75-an pegawai terancam berhenti, termasuk di antaranya penyidik senior Novel Baswedan.

Seperti diketahui, KPK telah mengadakan asesmen bagi para pegawainya guna alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Usai mencuatnya isu soal tes wawasan kebangsaan yang disebut-sebut janggal, sejumlah kalangan gencar melontarkan kritik.

Baca Juga: Ikatan Cinta 5 Mei 2021, Sebelum Tewas Ricky Tinggalkan Bukti Kejahatan Elsa!

Disebut-sebut tes yang dinilai janggal ini adalah bagian dari upaya pelemahan KPK dan sudah dirancang sejak awal.

Keadaan semakin diperparah dengan ditolaknya permohonan uji materi soal UU KPK oleh Mahkamah Konstitusi (MK) kemarin Selasa, 4 Mei 2021.

Di Tengah polemik yang kini mendera KPK, Ketua KPK yakni Firli Bahuri banyak disebut sebagai bagian dari tes janggal yang diberikan kepada puluhan pegawai itu.

Namun, berbicara siapa yang paling berperan dalam kaitannya dengan pelemahan KPK, politikus Partai Demokrat, Andi Arief melakukan jajak pendapat melalui akun twitter pribadinya pada Rabu, 5 Mei 2021.

Andi Arief menanyakan kepada warganet terkait siapa aktor intelektual dalam upaya pengkerdilan KPK.

Baca Juga: Kabupaten Bandung Barat dan Tasikmalaya Jadi Zona Merah Covid-19, Lokasi Wisata Harus Ditutup

"Menurut netizen sekalian, siapa aktor intelektual pengkerdilan KPK?," tulis Andi Arief dikutip dari akun Twitternya @Andiarief__ Rabu, 5 Mei 2021.

Dalam polling tersebut, Andi Arief menawarkan dua opsi yakni opsi pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan opsi kedua lainnya.

Dari hasil tersebut menunjukkan mayoritas warganet setuju bahwa Presiden Jokowi adalah aktor intelektual dibalik melemahnya KPK dengan raihan 67,4 persen, sementara opsi lainnya hanya berada di angka 32,6 persen.

Baca Juga: WNA Bisa Masuk ke Indonesia, Tapi Mudik Dilarang, Gus Umar: Sedihnya

Cuitan Andi Arief./Twitter.com

"Rubuhnya sukma reformasi," kata Andi Arief menanggapi hasil jajak pendapat itu.

Baca Juga: WNA Bisa Masuk ke Indonesia, Tapi Mudik Dilarang, Gus Umar: Sedihnya

Hingga berita ini diturunkan, jejak pendapat yang dipublikasikan Andi Arief tersebut sudah diikuti oleh sebanyak 6.254 orang.

Seperti diketahui, KPK selalu menjadi sorotan pasca dilakukannya revisi pada 2019 yang lalu, salah satu yang dianggap paling berperan atas revisi yang dinilai melemahkan KPK adalah pemerintahan Presiden Jokowi itu sendiri.

Sebelumnya, kritik terhadap isu yang kini melanda KPK juga sempat disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman.

Baca Juga: Beda Jumlah Pengkritik KPK Dulu dan Sekarang, Fahri Hamzah: Ayo KPK Kamu Bisa!

Benny K Harman menilai pemecatan terhadap Novel Baswedan menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melanggar janji revolusi mental yang diciptakannya sendiri.

"Ada kabar Novel Baswedan dan puluhan pegawai lain dipecat. Jika ini berita benar, Presiden Jokowi telah melanggar revolusi mental, ideologi politik yang digagas sendiri," ujar Benny K Harman melalui Twitternya Selasa, 4 Mei 2021.

"Selamatkan dan perkuat KPK adalah inti utama dari revolusi mental," pungkasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler