Rekor! Sehari 1.338 Orang Meninggal Akibat Covid-19, Usai Idul Adha Angka Kasus Diprediksi Bertambah

19 Juli 2021, 17:10 WIB
Petugas membawa jenazah Covid-19 di TPU Cikadut, Kota Bandung. Per Senin, 19 Juli 2021 angka kematian mencatat rekor baru yakni 1.338 orang. /Humas Setda Kota Bandung/

GALAMEDIA - Kasus baru positif Covid-19 di Indonesia per Senin, 19 Juli 2021 menurun dibandingkan sehari sebelumnya.

Hanya saja, kasus pasien meninggal bertambah banyak. Per hari ini tercatat ada sebanyak 1.338 orang meninggal dunia.

Dengan penambahan itu, maka total pasien yang meninggal akibat Covid-19 sejak pandemi melanda sudah sebanyak 74.920 jiwa.

Kasus positif sendiri bertambah 34.257, sehingga telah mencapai 2.911.733 orang sejak pertama kali diumumkan Maret 2020 lalu.

Baca Juga: Penting! Aturan Terbaru Perjalanan Selama Libur Idul Adha Ungkit Soal Kartu Vaksin dan Hasil PCR

Sementara pasien yang dinyatakan sembuh bertambah sebanyak 32.257 orang dan menyisakkan 542.938 kasus aktif.

Sehingga pasien yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 menjadi 2.293.875 orang.

Sebanyak 42.095.531 orang telah mendapat suntikan vaksin tahap pertama, sedangkan 16.400.351 orang mendapat suntikan vaksin tahap kedua.

Sementara itu, Epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin memprediksi kasus Covid-19 di Sulawesi Selatan akan bertambah usai Idul Adha 1442 Hijriah.

"Jadi pertambahan kasus yang terjadi sekarang ini untuk Sulsel itu dengan pertambahan sekitar 500 kasus per hari akan terus bertumbuh sebelum bahkan sesudah Idul Adha," jelas dia, dikutip dari Antara, Senin, 19 Juli 2021.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Masih Gila-gilaan, Inggris Deklarasikan Hari Kebebasan! Boris Johnson: Ini Waktu yang Tepat

Epideomolog FKM Unhas ini mengemukakan pertambahan kasus ditengarai kurang efektifnya pelaksanaan tracing atau penelusuran kontak erat yang hanya berada di angka 1:3 terhadap kasus positif Covid-19 di masyarakat.

Padahal, menurutnya, peningkatan tracing sebaiknya dilakukan di angka 1:30 atau minimal 1:15 untuk bisa membendung laju kasus Covid-19 yang terus bertambah.

Maka dari itu, Pemerintah Provinsi Sulsel dalam hal ini Satgas Covid-19 diharapkan bisa lebih intensif dalam penerapan 3T secara menyeluruh, mulai dari tindakan melakukan tes Covid-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien Covid-19 (treatment).

"Hanya sekarang lebih fokus pada program treatment saja sehingga semua orientasinya masuk di Rumah Sakit, sementara membendung kasus di luar itu tidak berjalan secara maksimal, tracing yang berjalan ini hanya terbatas bahkan untuk Sulsel rasionya baru di angka 1:3," urainya.

Baca Juga: Survei LSI: Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Jokowi Menurun Tajam Hingga di Bawah 50 Persen

Menurut Ridwan, ini berarti kegiatan tracing tidak berjalan dengan baik sehingga harus dibenahi dengan sungguh-sungguh.

"Ini sangat-sangat buruk dalam masa pandemi, karena itu langkah-langkah yang harus dilakukan tentu lebih intensif dalam penerapan 3T," ujar Prof Ridwan yang juga menjadi Ketua Konsultan Satgas Covid-19 Sulsel.

Tidak kalah penting, baginya ialah meningkatkan kepatuhan dalam protokol kesehatan dan ini harus banyak melibatkan Forkopimda dalam menegakkan disiplin protokol kesehatan.

Saat ditanya terkait Duta Wisata Covid-19 dalam pengendalian kasus corona di Sulsel, Prof Ridwan mengemukakan bahwa isolasi mandiri yang dilakukan dari rumah saat ini memiliki tingkat kebocoran 40-50 persen.

"Kalau saya, berdasarkan evaluasi pengendalian Covid-19 melalui Duta Wisata Covid-19, itu efektif mengontrol pertumbuhan kasus di 2020," ungkapnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler