Putri Gus Dur Sebut Radikalisme Muncul Akibat Campur Tangan 'Oknum-oknum Kharismatik'

26 Juli 2021, 16:10 WIB
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid. /Instagram.com/@yennywahid./Instagram @yennywahid.

GALAMEDIA - Keresahan, kegelisahan, dan perasaan ketidakadilan merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang untuk menjadi radikal.

Semua hal itu semakin 'menjadi' berkat adanya dorongan dari 'oknum-oknum kharismatik', dan bukan semata soal agama.

Pandangan tersebut disampaikan Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid.

"Bukan faktor agama, namun karena kegelisahannya," katanya,

Putri mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini menjelaskan hal itu di seminar dalam jaringan (daring) bertema Masa Depan Kebangsaan dan Demokrasi Indonesia yang diadakan oleh lembaga think-tank, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Senin, 26 Juli 2021.

Baca Juga: Raih Medali Olimpiade Tokyo 2020, Lifter Ini Bakal Dapat Bonus Pizza Seumur Hidup!

Yenny menambahkan, seseorang yang merasa gelisah akan dengan mudah mengalami pencucian otak oleh "oknum-oknum kharismatik" yang dinilai dapat memberi jawaban bagi kegelisahan mereka.

'Oknum-oknum kharismatik' ini, kata dia, merekrut 'orang-orang gelisah' untuk bergabung dalam kelompok-kelompok radikal yang sesuai dengan kepentingan oknum tersebut.

Yenny juga memaparkan terdapat banyak penyebab kegelisahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Adapun contoh dari kegelisahan tersebut dapat disebabkan oleh agama, politik, bahkan perekonomian.

Dikutip dari Antara, ia mengacu pada demonstrasi pro-Donald Trump di Capitol Hill sebagai contoh radikalisme yang disebabkan oleh kegelisahan politik.

Baca Juga: Erick Thohir Minta Mahasiswa Peneliti Vaksin Pulang, Politikus PKS: Terlalu Banyak Gimmick

Di mana orang-orang kulit putih yang merasa terpinggirkan dan semakin terasing ketika era Presiden Obama, memutuskan untuk menjadi pendukung radikal Donald Trump karena merasa Donald Trump memberi ketenangan atas kegelisahan mereka.

Adapun aksi demonstrasi tersebut diakibatkan oleh kekalahan Donald Trump dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat ketika melawan Joe Biden.

"Jadi keliru kalau melihat radikalisme hanya berbasis agama," tuturnya.

Ia juga menambahkan apa saja yang bisa menyentuh sisi emosional manusia dapat menjadi penyebab munculnya radikalisme.

Yenny menyebut kaum-kaum radikal akan menjadi salah satu alat yang digunakan oleh oknum tertentu untuk menggerakkan propaganda terorisme.

Baca Juga: Tahun Baru Islam Kerajaan Arab Saudi Mulai Terima Umrah, Simak Syaratnya untuk Jemaah Indonesia

"“Semua pelaku terorisme merupakan seseorang yang ‘rentan’ sekali. (Seperti) orang yang putus asa, orang yang rendah diri, dan orang yang gelisah," ucap Yenny.

Radikalisme merupakan salah satu tantangan pada demokrasi Indonesia saat ini.

Kemunculan kelompok-kelompok teroris, baik yang berlandaskan keinginan untuk memisahkan diri maupun memperjuangkan ideologi agama, tengah mengancam proses demokrasi dan tatanan kebangsaan di Indonesia.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler