Rocky Gerung: Secara Fundamental Ekonomi di Bawah Kepemimpinan Jokowi Berantakan    

1 September 2021, 16:02 WIB
Rocky Gerung Nilai Ambisi dan Arogansi Pemerintah Bisa Bahayakan Ekonomi Indonesia dalam Jangka Panjang /Rocky Gerung/Instagram.com/@rocky_gerung_official

 

 

GALAMEDIA – Pengamat politik Rocky Gerung kembali menyoroti situasi ekonomi Tahar Air akhir-akhir ini.

Rocky menilai, ada motif politik pencitraan di balik ‘radical experiment’ untuk menggenjot proyek infrastruktur.

Menurutnya, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah panik sebab dana tak tercukupi sehingga pemerintah tidak mampu melanjutkan proyek infrastruktur yang telah ditandatangani.

“Pemerintah panik karena nggak mampu melanjutkan proyek infrastruktur, maka dia pakai cara agar supaya proyek-proyek yang udah ditandatangani dengan oligarki itu nggak batal, sehingga harus dipakai cara 'radical experiment' semacam ini.”

Baca Juga: Nicho Silalahi Bertanya Kapan Jokowi Ditangkap Usai Picu Kerumunan di Cirebon: Adil Dong Sama HRS

“Eksperimen aja udah kacau, apalagi 'radical experiment' kan?” ujarnya dilansir melalui kanal Youtube Rocky Gerung Official Rabu, 1 September 2021.

Ahli filsuf ini menuturkan, pemerintah sangat membutuhkan dana sebesar Rp 2000 triliun untuk mem-backup kas yang kosong demi membiayai proyek infrastruktur.

Namun, tindakan radical experiment yang dilakukan oleh pemerintah membuat sifat prudential yang dimiliki Bank Indonesia dan bank-bank di bawah binaannya hilang sama sekali.

“Kita bisa membayangkan, ini bukan sekedar Rp200 triliun, mungkin sampai Rp2.000 triliun dipakai untuk mem-backup kas pemerintah yang kosong, sehingga sifat prudential dari Bank Indonesia dan bank-bank yang dia bina itu hilang sama sekali,” tuturnya.

Baginya, tindakan radical experiment yang tengah dilakukan oleh pemerintah Tanah Air dapat membuat kepercayaan Indonesia hilang di mata dunia internasional, terebih dalam sektor ekonomi.

Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) ini menjelaskan, dunia internasional akan menilai bahwa Indonesia dapat menyulap neraca ekonomi negara dalam satu malam padahal hanya merupakan kamuflase belaka.

“Akibatnya kepercayaan internasional juga hilang bahwa Indonesia bisa menyulap dalam satu malam bahwa seolah-olah neracanya bagus padahal itu kayak diperban sebetulnya dengan kebijakan yang radical experiment tadi tuh,” terangnya.

Baca Juga: Hakim Penolak Banding Habib Rizieq Pemberi Diskon Pinangki: Koruptor Dipandang Teman, Ulama Jadi Musuh

Lebih lanjut, dia berpendapat bahwa fundamental (dasar) ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi berantakan.

Bersamaan dengan itu, Jokowi justru berupaya menggalang kekuatan dengan partai pendukung untuk memuluskan upaya memperpanjang masa jabatannya hingga tiga tahun mendatang atau bahkan tiga periode.

“Jadi secara fundamental kita berantakan, sambil melihat upaya konsolidasi politik dengan mengundang partai-partai, lalu upaya untuk meloloskan tiga periode. Jadi di depan mata kita bajingan-bajingan itu berkeliaran, bajingan-bajingan politik yang berupaya menipu rakyat agar supaya pemerintah bisa diselamatkan menuju perpanjangan tiga tahun lagi,” pungkasnya. ***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler