AS Mulai GANAS! Beri Peringatan Keras Hingga Ancam Beri Konsekuensi ke China Jika Bantu Rusia Atasi Sanksi

14 Maret 2022, 09:41 WIB
AS Mulai GANAS! Beri Peringatan Keras Hingga Ancam Soal Konsekuensi ke China Agar Tak Bantu Rusia Atasi Sanksi /Foto: Tehran Times

GALAMEDIA - Beberapa negara memberi sanksi pada Rusia setelah melakukan invasi ke Ukraina.

Rusia lalu mengatakan bahwa negaranya mengandalkan China untuk membantu menahan sanksi ekonomi yang diberikan Barat.

Mendengar hal tersebut, Amerika Serikat (AS) langsung memberikan peringatakan keras pada China agar tak membantu Rusia.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan sanksi telah membuat Moskow kehilangan akses ke $300 miliar dari $640 miliar emas dan cadangan devisanya.

Baca Juga: MotoGP Mandalika 2022: Fakta Unik dan Jadwal Balapan Lengkap Akhir Pekan Ini

Selain itu, ada tekanan pada Beijing untuk menutup akses lainnya lebih banyak.

“Kami memiliki sebagian dari cadangan emas dan valuta asing kami dalam mata uang China, dalam yuan. Dan kami melihat tekanan apa yang diberikan oleh negara-negara Barat pada China untuk membatasi perdagangan timbal balik dengan China. Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke cadangan itu," katanya.

"Tetapi saya pikir kemitraan kami dengan China akan tetap memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah kami capai, dan tidak hanya mempertahankan, tetapi juga meningkatkannya di lingkungan di mana pasar Barat tutup," tandasnya dilansir Reuters.

Sebagai informasi, negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan dan sistem keuangan Rusia sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Baca Juga: Tayang Pukul 21.00 WIB, Sinopsis Ikatan Cinta 14 Maret 2022: Nino Ketar-ketir, Pengcara Al Datangi Rumahnya

Penasihan Kemanan Nasional AS, Jake Sullivan mengatakan pihaknya memperingatkan China untuk tidak memberikan bantuannya ke Rusia.

"Kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing, bahwa pasti akan ada konsekuensi sanksi skala besar, upaya penghindaran atau dukungan kepada Rusia untuk mengisinya kembali," kata Sullivan dilansir Reuters.

"Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut dan membiarkan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia," tambah Sullivan, yang akan bertemu dengan diplomat top China Yang Jiechi di Roma pada hari Senin.

Rusia dan China telah mempererat kerja sama belakangan ini karena keduanya berada di bawah tekanan kuat Barat atas hak asasi manusia dan sejumlah masalah lainnya.

Baca Juga: MotoGP Mandalika 2022: Ayam Taliwang Hingga Mie Aceh Bakal Meriahkan Balapan

Beijing tidak mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina dan tidak menyebutnya sebagai invasi.

Pada 4 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Xi Jinping untuk mengumumkan kemitraan strategis untuk melawan pengaruh AS.

Keduanya menggambarkan pertemuan tersebut sebagai persahabatan tanpa batas.

Sebagai informasi, China merupakan pasar ekspor utama Rusia setelah Uni Eropa.

Menurut badan Bea Cukai China, Ekspor Rusia ke China bernilai $79,3 miliar pada tahun 2021, dengan minyak dan gas menyumbang 56% dari itu.***

 

Editor: Annisa Nur Fadillah

Tags

Terkini

Terpopuler