Suhu Bumi Berpeluang Naik 1,5 Derajat Celcius, Badai di Sejumlah Negara Bisa Lebih Banyak

10 Juli 2020, 16:23 WIB
Ilustrasi Suhu Bumi. (Pixabay.com) /

GALAMEDIA - Dalam lima tahun ke depan, suhu global disebut berpeluang naik lebih dari 1,5 derajat Celcius. Kondisi itu akan menyebabkan sejumlah perubahan di berbagai belahan bumi.

Prediksi tersebut disampaikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Di sisi lain, sejumlah negara di dunia saat ini menyetujui target untuk menjaga kenaikan suhu global dunia agar tetap di bawah 1,5 derajat Celcius abad ini.

Hal itu diatur dalam Persetujuan Paris pada tahun 2015. Namun WMO berpendapat lain. Menurut mereka, ada peluang sebesar 20 persen ambang batas itu akan terlewati satu tahun sebelum 2024.

Baca Juga: Kembali Melonjak, Hari Ini RI Catat 1.611 Kasus Baru Positif Covid-19

"Ada peluang juga 70 persen batas itu akan terlewati dalam sebulan atau lebih dalam kurun waktu lima tahun tersebut," sebuh WMO.

Dikutip dari BBC Indonesia, para ilmuwan mengatakan studi ini bermakna tugas berat mengendalikan tingkat perubahan iklim.

Penilaian baru ini, yang dilakukan oleh Kantor Met untuk WMO Inggris, mengatakan ada peluang yang semakin besar bahwa ambang 1,5 derajat Celcius ini akan dilanggar.

Para peneliti mengatakan suhu tahunan rata-rata Bumi sudah lebih dari 1 derajat Celcius lebih tinggi dari pada tahun 1850-an. Angkanya mungkin akan tetap di sekitaran itu selama lima tahun ke depan.

Baca Juga: Alami Demam Usai Antar Istri ke RS, Polisi di Bekasi Meninggal Akibat Virus Corona

Studi sebelumnya menyebutkan peluang melewati ambang 1,5 derajat Celcius adalah sekitar 10 persen. Namun sekarang berlipat ganda dan meningkat seiring waktu.

Dengan adanya peluang itu, maka beberapa bagian dunia akan merasakan peningkatan suhu panas lebih dari yang lain. Para ilmuwan mengatakan bahwa Arktik mungkin akan menghangat dua kali lipat dari rata-rata global tahun ini.

Mereka juga memperkirakan bahwa selama lima tahun ke depan akan ada lebih banyak badai di Eropa Barat akibat kenaikan permukaan laut.

Baca Juga: Tim KPK Ada di Pendopo Wali Kota dan Kantor PUPR Banjar, Ada Apa Ya?

Studi itu mempertimbangkan variabilitas alami serta dampak emisi karbon dari aktivitas manusia. Meski begitu, model tersebut tak memperhitungkan penurunan emisi CO2 yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

WMO mengatakan penurunan emisi itu tidak mungkin mempengaruhi suhu pada awal 2020-an.

"WMO telah berulang kali menekankan bahwa perlambatan industri dan ekonomi akibat Covid-19 bukan merupakan pengganti tindakan iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi," tutur Prof Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO.

Baca Juga: Ashanty Posting Momen Ulang Tahun Aurel, Krisdayanti Jadi Sasaran Netizen

"Karena CO2 yang bisa bertahan lama di atmosfer, dampak penurunan emisi tahun ini diperkirakan tidak akan menyebabkan pengurangan konsentrasi atmosfer CO2, yang mendorong kenaikan suhu global," sambungnya.

Jika ambang batas 1,5 derajat Celcius terlewati di tahun-tahun mendatang, para ahli menekankan itu tidak berarti target tidak valid.

Namun, hal itu akan menggaris bawahi urgensi pengurangan emisi yang signifikan untuk mencegah dunia mengarah ke situasi yang berbahaya, di mana suhu menjadi lebih hangat.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler