Faisal Basri: Langkah Pemerintah Kalah Cepat dari Penularan Covid-19

31 Agustus 2020, 19:47 WIB
EKONOM Faisal Basri menilai langkah pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi masih kalah cepat dari Covid-19. /AMIR FAISOL/PR/.*/Dok. PR

GALAMEDIA - Upaya pemerintah dalam penyelamatan ekonomi dampak dari pandemi Covid-19 dikritik oleh ekonom senior, Faisal Basri.

Ia menyebut langkah pemerintah dalam menanggulangi karut marut ekonomi kalah cepat dari penularan Covid-19. Bahkan Faisal sangat cemas jika pemerintah hanya berfokus pada pemulihan ekonomi.

"Saya takut respons pemerintah itu makin tidak peduli dengan Covid-19 dan (hanya) peduli dengan pemulihan ekonomi yang tercermin di dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020," tutur dia di gedung DPR, Jakarta, Senin 31 Agustus 2020.

Baca Juga: Ngaku Sebagai Agen KPK, Dua Pria Peras Yayasan dan Mintai Uang Sebanyak '20 Rantang'

Faisal menyampaikan hal itu saat memenuhi panggilan Komisi VI DPR dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) untuk memberikan masukan terkait penyelamatan ekonomi dampak pandemi Covid-19.

Dalam kesempatan itu ia juga menyoroti perubahan struktur Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang kini dinamai Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Gugus tugas yang tadinya dipimpin langusng oleh Presiden, sekarang di bawah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Betul-betul penanganan virus ini lebih ke arah ekonomi," tambahnya.

Baca Juga: Kawanan Begal di Purwakarta Rampok Uang Bantuan Sosial Tunai Rp 135 Juta

Faisal pun menyayangkan sikap pemerintah dalam penanganan kesehatan Covid-19. Menurut dia, pemerintah seperti hanya menunggu vaksin ditemukan.

"Jadi, sebelum vaksin datang kita tidak tahu apa yang dilakukan pemerintah, tidak ada strategi," tegasnya.

"Tidak pernah kita bicara strategi penanganan virus, hanya menunggu vaksin saja. Dan vaksin ini belum tentu mujarab," urai dia seperti dilansir wartaekonomi.co.id.

Soal penanganan, Faisal juga menilai sejumlah tes Covid-19 baik rapid test maupun PCR secara masal masih sangat sedikit. Apalagi jika membandingkannya dengan negara lain.

Baca Juga: Gedung Sate Ditutup Sampai Benar-benar Bebas dari Covid-19

Ia pun mencontohkan Singapura dan Malaysia. Meski kasusnya sudah sangat rendah, kedua negara itu tetap melakukan testing.

"India saja yang penduduknya miliaran, per hari testing itu 1 juta. Kita 20.000 juga hampir nggak pernah," tuturnya.

Dengan begitu, lanjutnya, jika pemerintah hanya fokus pada perekonomian saja, maka pemulihannya akan semakin lama. Ia menyebut kondisi itu sebagai second wave atau double punch oleh OECD.

"Itu yang membuat pertumbuhan ekonomi kita akan minus 3,8 persen tahun ini," tandasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler