Isolasi Mandiri Lebih Direkomendasikan Ketimbang Swab Test, Begini Alasannya

17 September 2020, 21:24 WIB
Ilustrasi: Terinfeksi Covid-19 sebaiknya melakukan isolasi mandiri daripada swab test. /

GALAMEDIA - Masyarakat diimbau tetap melaksanakan isolasi mandiri jika memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif covid-19.

Langkah ini lebih dianjurkan untuk menyiasati tingginya biaya tes usap (swab).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti menegaskan, tes swab sebenarnya hanya diperuntukkan bagi mereka yang pernah melakukan kontak erat dengan pasien covid-19, terutama yang menunjukkan gejala.

Sedangkan, masyarakat yang tidak merasa berkontak apalagi tidak menunjukkan gejala, tidak perlu memaksakan melakukan swab. Isolasi mandiri lebih direkomendasikan dari pada swab.

Baca Juga: Masa Kritis Pandemi Covid-19 di Indonesia Tinggal Dua Bulan Lagi, Tapi....

"Swab itu dilakukan bagi orang-orang yang memang punya keluhan atau kontak erat. Kalau merasa ada kontak erat dengan yang positif, terus ada keluhan, harus menyegarakan swab," terangnya.

"Tapi kalau tidak ada keluhan, sesuai jukni Kemenkes, itu diam di tempat isolasi 14 hari. Sehingga kalau terjadi virus tidak menularkan. Jadi bukan berarti kita harus swab semuanya," lanjut dia, Kamis, 17 September 2020.

Enny mengingatkan, swab hanya berfungsi untuk mengetahui penularan virus di dalam tubuh. Jika hasil swab menunjukkan negatif bukan berarti seseorang akan terlindung dari paparan covid-19.

"Kalau sekarang swab negatif, bisa jadi selanjutnya jadi positif karena tidak menerapkan protokol kesehatan. Jadi kuncinya di protokol kesehatan, terapkanlah itu. Pakai masker," ucap dia.

Baca Juga: Boleh Dicoba, Ini Dia Jenis Teh Terbaik untuk Meringankan Gejala Asma

Seperti diketahui, meningkatnya kembali kasus covid-19 membuat masyarakat panik. Tidak sedikit yang memaksakan melakukan swab mandiri meski tidak berkontak erat dengan pasien positif dan tidak menunjukkan gejala.

Sialnya, biaya swab mahal sehingga kepanikan itu pun menjalar ke mereka yang tidak memiliki cukup uang. Terkait hal itu, Enny kembali menegaskan jika penerapan protokol kesehatan jauh lebih penting dari pada melakukan swab tes.

Kemudian bagi mereka yang pernah berkontak erat namun tidak menunjukkan gejala sakit pun lebih dianjurkan untuk isolasi mandiri.

"Kalau orang tanpa gejala sekarang memang proposisinya berpikiran positif, menerapkan protokol kesehatan jaga kesehatan, makan minum yang sehat dan diam di rumah saja 14 hari. Kita di dalam rumah itu sudah memutus rantai penularan," tuturnya seperti ditulis wartawan PR, Tommi Andryandy.

Baca Juga: Jam Malam di Kabupaten Bogor Mulai Pukul 19.00 WIB, Untuk Kota Jadi Pukul 18.00 WIB

Enny menambahkan, tes swab kini diwajibkan dilakukan di setiap perusahaan dengan jumlah minimal 10 persen dari total karyawan.

"Ini terus kami sampaikan. Kami juga anjurkan untuk bekerja sama dengan pihak swasta lain agar swabnya bisa lebih murah. Tapi itu kembali ke perusahaan masing-masing," ujarnya.

Lebih lanjut Enny menyatakan, pihaknya terus melakukan penelusuran dan tes swab pada penanganan klaster industri. Saat ini terdapat sedikitnya enam alat swab PCR termasuk alat bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan alat tes portable.

"Itu semua dioperasikan di labkesda. Yang dari provinsi alatnya sudah ada tapi kami masih menunggu rigennya. Ini kami perlukan untuk percepatan pengetesan," ucap dia.

Sesuai ketentuan, kata Enny, dengan jumlah warga Kabupaten Bekasi mencapai 3 juta jiwa, minimal tes swab dilakukan kepada 30.000 orang. Namun dengan kondisi kasus yang terus meningkat, jumlah tersebut dinilai kurang.

Baca Juga: Prabowo Masih Paling Top, Ridwan Kamil Elektabilitasnya Kalahkan Anies Baswedan

"Hitungan kami sekarang sudah lebih dari 25.000 orang yang dites. Tapi dengan penambahan kasus ini, maka idealnya tidak lagi di 30.000 pengetesan," katanya.

Dia berharap, percepatan penanganan kasus di Kabupaten Bekasi turut dibantu pihak provinsi. Bukan sekadar dalam bentuk alat PCR namun juga tenaga kesehatan. "Karena memang dua poin yang diperlukan," kata dia.

Sedangkan terkait tingkat kesembuhan, Enny menyatakan Kabupaten Bekasi relatif tinggi dengan persentase mencapai lebih dari 80 persen. Tapi dengan angka tersebut bukan berarti wilayahnya dalam tren yang baik mengingat penambahan kasus terbilang tinggi.

Baca Juga: PA 212: Ahok Produk Gagal yang Terus Dipaksakan oleh Rezim

Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, hingga Kamis, 17 September 2020 pukul 11 siang, terjadi peningkatan 150 kasus baru hingga menjadi 1.735 kasus.

Namun demikian terdapat pula jumlah pasien sembuh yakni 110 orang atau secara keseluruhan menjadi 1.535 orang sembuh dengan persentase 88,4 persen.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler