Sabotase Biden dengan Wariskan Persoalan, Beijing Siap Hadapi 'Tindakan Gila Terakhir' Donald Trump

- 25 November 2020, 15:35 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping melakukan pertemuan secara khusus di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Osaka, Jepang, tahun lalu..*
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping melakukan pertemuan secara khusus di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Osaka, Jepang, tahun lalu..* /ANTARA/

GALAMEDIA - Media pemerintah China mengklaim Beijing tengah bersiap dengan 'tindakan gila terakhir' Donald Trump di akhir pemerintahannya.

Kurang sepuluh minggu tersisa di Gedung Putih, Trump disebut menabur benih sabotase berupa berbagai persoalan yang akan diwarisi  presiden terpilih Joe Biden.

Demikian paparan Global Times, media Komunis yang didukung Beijing, belum lama ini.

Trump di antaranya disebut akan melancarkan serangan besar terhadap industri teknologi China di Xinjiang yang sulit diperbaiki.

Baca Juga: Gajian Sudah Tiba? Promo Bombastis Menanti di Shopee Gajian Sale!

“Trump sebenarnya sedang memasang jebakan atau menanam ranjau untuk pemerintahan Biden,” ujar Shen Yi, profesor di Sekolah Hubungan Internasional dan Urusan Publik Universitas Fudan kepada Global Times.

Dikutip Galamedia dari DailyMail beberapa waktu lalu, klaim lainnya Trump diyakini akan menandatangani perintah eksekutif yang jika Biden kemudian mencoba untuk membatalkannya maka membalikkan dia akan dicap sebagai Panda Hugger alias Pro-Bejing.

Baca Juga: Konsep Waktu dalam Al Quran dan Pertanggungjawabannya

Shen menambahkan, Trump  dianggap “membahayakan” karena terlepas dari sambutannya  yang hangat pada Presiden Xi Jinping di awal masa jabatannya, dia sosok yang emosional dan tidak dapat diprediksi.

“Sehingga kita tidak dapat menggunakan mentalitas normal untuk memprediksinya,” katanya.

Baca Juga: Netizen Heboh Soroti Pernyataan Edhy Prabowo: Saya Tak Mau Permalukan Jokowi dan Prabowo

Pekan lalu Trump mengumumkan perintah eksekutif yang melarang investasi AS di perusahaan-perusahaan China, yang ikut meningkatkan tekanan pada Beijing setelah pemilihan AS.

Trump juga  mengambil sikap keras terhadap Beijing selama masa jabatannya, termasuk perang dagang selama setahun, memerangi pencurian kekayaan intelektual China, dan terang-terangan menyalahkan China karena menutupi virus corona.

Semua membuat hubungan antara kedua negara ke titik terendah selama dalam beberapa dekade terakhir.

Baca Juga: Jutaan Batang Rokok Ilegal Hingga Sex Toys Senilai Rp 2 Miliar Dimusnahkan

Analis kebijakan luar negeri berpendapat mundurnya Trump dari Trans-Pacific Partnership (TPP) pada awal 2017 menciptakan kekosongan politik yang “dengan senang hati” diisi oleh Beijing.

China juga mengudeta ekonomi Asia - Pasifik melalui perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia dengan sekutu di Asia-Pasifik melalui Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional.

Baca Juga: Asik Menaiki Tembok Sekolah, Tiba-tiba Roboh dan Menimpa Parhan Pebian Hingga Tewas

Selain loyalis yang mendukung, Trump mendapat serangan kala melarang perjalanan dari China menuju Amerika di awal pandemi, yang dianggap rival politik dan WHO sebagai bentuk xenofobia.

Namun tindakan serupa yang juga diambil terhadap kedatangan orang Eropa ternyata terbukti masuk akal dalam menekan penyebaran pandemi.

Baca Juga: Minim Truk Pengangkut, Pengelolaan Sampah Jadi Masalah di Sumedang

Di bidang militer AS mengirim pasukan ke Laut China Selatan untuk memperjelas posisi Washington terkait apa yang disebut mereka ambisi kolonial Beijing di perairan yang disengketakan.

The Global Times mengklaim sebagai bagian dari sabotase di hari-hari terakhir jabatannya, Trumo akan memicu konflik di Laut China Selatan.

Baca Juga: Pangdam Jaya: Orang Beragama Belum Tentu Pancasilais, Orang Pancasilais Sudah Pasti Dia Beragama

“Kemungkinan  AS juga akan menutup semua Institut Konfusius di Amerika yang mambuat pertukaran people-to-people di masa depan antara China dan AS tak jelas,” ujar Xin Qiang, wakil direktur Pusat Studi AS di Universitas Fudan.

Sementara itu China telah mengirim ucapan selamat kepada Biden sebagai pemenang Pilpres AS 2020.

“Kami menghormati pilihan rakyat Amerika. Kami mengucapkan selamat kepada  Biden,” ujar  juru bicara urusan luar negeri China. “Kami memahami hasil pemilu AS akan ditentukan menurut hukum dan prosedur.”

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x