Pantun jadi Warisan Budaya Takbenda Sangat Penting untuk Penguatan Karakter Siswa

- 18 Desember 2020, 13:56 WIB
Ditjen Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid.*
Ditjen Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid.* /Forum Kajian Antropologi Indonesia/

Berbagai komunitas terkait Pantun, yakni Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Lembaga Adat Melayu, Komunitas Joget Dangdung Morro, Komunitas Joget Dangdung Sungai Enam, Komunitas Gazal Pulau Penyengat, Sanggar Teater Warisan Mak Yong Kampung Kijang Keke, Universitas Maritim Raja Ali Haji, serta sejumlah individu dan pemantun Indonesia, termasuk dua orang maestro Pantun Indonesia, yaitu HM Ali Achmad dan OK Nizami Jamil.

Disinggung mengenai pelestarian di kalangan siswa, Hilmar menjelaskan pelajaran mengenai pantun, lanjut dia, ada di dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Baca Juga: Terkait Kasus Korupsi di PT DI, Tiga Pensiunan TNI Dipanggil KPK

“Namun belum mendapatkan sorotan. Kami ingin ke depan dengan penetapan Unesco ini, pantun semakin ditonjolkan,” terang dia.

Pantun, lanjut dia, bukan hanya sarana untuk berekspresi melainkan juga agar melatih kreativitas anak dalam bermainan kata. Ia mengajak para guru untuk mempopulerkan pantun, dengan melatih siswa membuat pantun.

“Bikin aja dulu, nanti juga pelan-pelan akan menjadi kebiasaan. Jika nanti menjadi pergaulan akan semakin indah,” terang dia.

Baca Juga: Tiga Kali Mencoba Kabur, Rambut Punk Putri Charlene Ungkap Kepedihan di Balik Tembok Istana Monako

Dia memberi contoh bagaimana pada film-film Hollywood yang mana pada dialognya mengutip karya sastra besar dan itu luar biasa. Oleh karena itu pihaknya ingin agar pantun dapat menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x