Puji China dengan Komunismenya, Mantan Kepala BIN Sebut Habib Rizieq Ingin Ingkari Pancasila

- 26 Desember 2020, 20:36 WIB
Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono.
Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono. /Instagram.com/@am.hendropriyono


GALAMEDIA - Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono blak-blakan kepada Karni Ilyas bahwa ia sudah sejak lama mengikuti diskursus yang dilakukan Habib Rizieq Shihab (HRS) beserta para pengikutnya di Front Pembela Islam (FPI).

Menurutnya, HRS terindikasi mengingkari ideologi Pancasila dengan bukti pidato, serta diketahui ormas FPI memiliki visi misi yakni, penerapan Islam secara kaffah di bawah naungan khilafah Islamiyah, melalui pelaksanaan dakwah, penegakan hisbah dan pengawalan jihad.

"Ini karena saya ikuti dari berbagai pidatonya yang bersangkutan sendiri (HRS) sama pengikut-pengikutnya, arahnya sudah ingin mengingkari Pancasila. Jadi ingin merubah jadi syariah," kata Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara dan Sekolah Tinggi Hukum Militer ini dalam tayangan video pada kanal YouTube Karni Ilyas Club, Sabtu 26 Desember 2020.

AM Hendropriyono bersama Karni Ilyas.
AM Hendropriyono bersama Karni Ilyas.


Di matanya, HRS masih abu-abu, tidak bisa mencontohkan negara Khilafah apa yang dicita-citakan. Bahkan, ia mengaku siap memberi penjelasan materi secara akademik suatu saat nanti.

Baca Juga: Terbukti Serempet Mobil Polisi Hingga Tabrak 3 Motor, Sopir Mobil Hyundai Jadi Tersangka

"Begini, kan ada contoh dulu (Khilafah), tapi dulu juga enggak sama dengan yang dirumuskan mereka. Panjang deh ceritanya. Kalau mau merumuskan secara akademik, saya juga bisa ngomong kapan-kapan, panjang itu," tuturnya.

Dia menilai, konsep Khilafah yang digaungkan HRS dan FPI, antara bukti dan implementasinya sudah tidak sama. Dia pun meminta oposan pemerintah dari golongan agamais tersebut tidak lagi berpikir mundur.

"Juga sudah enggak laku juga. Jadi ini zaman sudah berubah, jangan balik mundur teruslah. Kita ke depan saja. Kita sudah Pancasila," ucapnya.

Baca Juga: Menag Gus Yaqut Temui Ubab Maimoen dan Gus Baha: Hate Speech dan Sikap Intoleran Jadi Tantangan

Ia mengatakan, hal yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah konsistensi untuk mencapai stabilitas, keamanan dan kesejahteraan rakyat. Setingkat Uni Soviet yang sangat besar saja, menurutnya, bisa rontok karena faktor inkonsistensi.

Namun, ia memuji China yang konsisten, secara teguh kokoh dengan ideologi komunisme. Karena konsistensinya itu, menurut dia, maka tak heran apabila Negeri Tirai Bambu saat ini sudah mencapai kemajuan.  

"Kalau dulu kita bilang, enggak bener komunis. Tapi dia konsisten pegang, dia maju. Kita kan tidak konsisten, itu saja," ucapnya.

Baca Juga: Mahfud MD Kaget Soal Lahan HGU, Ombudsman: Pemerintah Tak Patuh!

Dia menyayangkan, di Indonesia, dari masa ke masa masih ada saja pihak-pihak yang meributkan pengubahan fundamen negara. Menurutnya, diskursus pengubahan fundamen harus disetop, agar negara ini bisa berjalan lebih maju.

"Kita enggak konsisten memegang fundamen kita. Jadi kita mau selalu dirobohkan fundamen, kan ganti rumah. Kita rumah Indonesia, fundamennya Pancasila. Direnovasi boleh, jangan pindah-pindah rumah, kapan kita bisa mulai hidup," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x