Pihaknya pernah mendapat bantuan berupa sembako dari Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso milik Kementrian Sosial. "Selama pandemi bantuan dari pemerintah hanya itu saja, kalau bantuan sosial lainnya belum ada," tuturnya.
Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga membuat ruang gerak anak-anak difabel makin terbatas. "Nyaris tidak pernah keluar asrama kecuali mendesak," ujar Yulianti.
Baca Juga: BLT BSU Dihapus, Insentif Pekerja Jadi Lewat Kartu Prakerja, Menaker: Disiapkan Rp 20 Triliun
Puluhan anak rentang pendidikan SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang ada di panti asuhan ini berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat, hingga terjauh asal Nusa Tenggata Timur (NTT).
Pantauan di lokasi, anak-anak melakukan berbagai beraktifitas di dalam asrama. Usai menjalani tugas belajar dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring, mereka mulai mengisi kegiatan seperti membereskan kamar dan asrama, membersihkan lingkungan, mencuci pakaian, serta belajar berbagai keterampilan.
Baca Juga: Isu Kudeta AHY Semakin Memanas, Demokrat Jabar: 1.000 Persen Sangat Solid, High Performance!
"Kegiatan yang ada kolerasi dengan pendidikan, seperti ada pelatihan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Netra Wyata Guna Kota Bandung juga otomatis tidak ada. Sehingga kita melakukan kegiatan pemberdayaan di dalam asrama," katanya. **