Makin Panas! Warga Myanmar Parkir Ribuan Mobil di Jalanan, Protes Kudeta

- 17 Februari 2021, 21:08 WIB
Para pengunjuk rasa mobil mogok di Myanmar
Para pengunjuk rasa mobil mogok di Myanmar /Reuters

GALAMEDIA – Memasuki hari ke-17 kudeta Junta Militer yang dikenal dengan sebutan Tatmadaw, warga Myanmar terus lakukan unjuk rasa dari hari ke hari.

Dilansir dari Al Jazeera, hari ini warga Myanmar kembali turun ke jalanan di Kota Yangon untuk menunjukan kemarahan mereka atas kudeta yang dilakukan oleh jajaran Jenderal Min Aung Hlaing, Rabu, 17 Februari 2021.

Para demonstran kali ini tidak hanya sekedar berjalan kaki membawa poster atau bendera, namun ramai-ramai membawa mobil masing-masing lalu memarkirkannya di tengah jalan.

Baca Juga: Australia Open: Rusia Kedua Setelah Karatsev, Medvedev Lolos ke Semifinal

Jalanan kota pun berubah menjadi lautan mobil yang membuat kemacetan total sebagai bentuk protes terhadap kudeta militer.

Warga secara serempak membuka kap mobil mereka di persimpangan jalanan utama sebagai ekspresi untuk menggagalkan kudeta militer.

Pengunjuk rasa menentang dan menolak klaim Junta Militer yang menuduh pemilihan umum pada November 2020 yang memenangkan Aung San Suu Kyi sebagai kecurangan.

Baca Juga: Perpanjangan SIM A dan C Bisa Dilakukan Secara Online Mulai 11 April 2021

Pelapor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tom Andrews, telah menyaksikan pengingkatan tensi yang terjadi di Myanmar.

Tom khawatir kekerasan dapat meningkat karena Junta Militer menggerakan pasukan di seluruh daerah yang bersamaan dengan meningkatnya kemarahan warga yang turun ke jalanan.

“Saya khawatir Rabu memiliki potensi kekerasan dalam skala yang lebih besar di Myanmar,” tutur Tom di Myanmar, 17 Februari 2021.

Baca Juga: Ramai Tagar #SBYMakanDanaPacitan, Teddy Gusnaidi: Ga Mungkin Pak SBY Gunakan Dana Negara

Dirinya mencemaskan dua kekuatan antara Junta Militer dan warga yang melakukan unjuk rasa besar-besaran saling bertemu dan terjadi kejatahan massal.

“Kita bisa berada di tebing di mana militer melakukan kejahatan yang lebih besar terhadap rakyat Myanmar,” kata Tom.

Hingga Rabu dini hari atau memasuki hari ketiga, jaringan internet masih dipadamkan oleh Junta Militer sejak Senin, 15 Februari 2021.

Baca Juga: Partai Demokrat Tegur Sekjen PDI Perjuangan, 'Jangan Bentur-benturkan Ibu Mega dan Pak SBY'

Namun konektivitas mulai dipulihkan kembali pada Rabu pagi menurut laporan dari NetBlocks, dikutip Al Jazeera.

Pengunjuk rasa yang terdiri dari insinyur sipil, guru, dan pegawai pemerintahan berkumpul di beberapa lokasi strategis termasuk kantor PBB.

Mereka membawa spanduk dan poster yang menyerukan agar Aung San Suu Kyi segera dibebaskan dan meminta Junta Militer segera pergi.

Baca Juga: Mantan Presiden Peru, Martin Vizcarra Terlibat Skandal Vaksinasi

International Crisis Group (ICG) memberi peringatan terhadap kondisi yang terjadi di Myanmar saat ini ketika rakyat semakin marah dan Junta Militer semakin berulah.

“Pendekatan pasukan keamanan bisa berubah menjadi lebih gelap dengan cepat,” dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu, 17 Februari 2021.

ICG mengingatkan bahwa Junta Militer asuhan Jenderal Min Aung Hlang bisa melakukan tindakan keras hingga menumpahkan darah rakyat jika tidak sabar dengan status quo.

Baca Juga: NGERI!! Soleh Tewas Tertimpa Reruntuhan Tembok Bekas Pusat Niaga Cimahi

“Militer dan kendaraan lapis baja mulai memperkuat garis polisi dan jika para jenderal menjadi tidak sabar dengan status quo, dapat dengan mudah menjadi ujung yang tajam dari tindakan keras berdarah,” ungkap ICG dalam keterangannya.

Sebelumnya, Juru Bicara Dewan Administrasi Negara Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, untuk pertama kalinya bersuara atas nama Junta Militer (Tatmadaw).

Zaw membantah bahwa Junta Militer tidak melakukan kudeta, akan tetapi ingin menegakkan demokrasi dengan berencana mengadakan pemilihan umum.

Baca Juga: Bikin Heboh, Ratu Kecantikan Terancam Hukuman 50 Tahun Penjara

“Tujuan kami adalah mengadakan pemilihan dan menyerahkan kekuasaan kepada pihak yang menang,” tutur Zaw dalam sebuah konferensi pers, Selasa, 16 Februari 2021, dilansir dari South China Morning Post.

Junta Militer tetap bersikeras menahan Aung San Suu Kyi dan ratusan orang penting lainnya dan akan mengadakan pemilu dalam waktu yang masih dirahasiakan.***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x