Din Syamsudin Blak-blakan Dicap Radikal: Itu Proyek Amerika dan Artinya Sudah Terdistorsi Jadi Negatif

- 22 Februari 2021, 07:45 WIB
Din Syamsuddin. Petisi tolak Din Syamsuddin sebagai radikal mencapai 12.438 tanda tangan, Senin, 15 Februari 2021
Din Syamsuddin. Petisi tolak Din Syamsuddin sebagai radikal mencapai 12.438 tanda tangan, Senin, 15 Februari 2021 //ANTARA/


GALAMEDIA – Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin dicap radikal oleh Gerakan Anti Radikal (GAR) Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, pernyataan itu ditanggapi santay oleh Din Syamsuddin.

Ia merasa sangat tidak kaget atas tuduhan tersebut, karena tidak berdasarkan hal yang faktual.

“Baik secara subjektif saya rasakan itu bukan jati diri atau watak saya untuk bertindak seperti itu,” ujar Din kepada jurnalis senior, Karni Ilyas dalam perbicangan melalui kanal Youtube Karni Ilyas Club, Minggu, 21 Februari 2021.

Baca Juga: TERBARU, Harga Emas Hari Ini, Senin, 22 Februari 2021 Rata-rata Naik, Antam 2 Gram Rp1.879.000

Dirinya menganggap bahwa selama ini kegiatan dakwah yang dilakukan tidaklah radikal, namun kebalikannya.

Mantan Ketum Muhammadiyah tersebut menyatakan tidak setuju dengan deradikalisasi karena disebut merupakan proyek dari mantan Presiden Amerika George W. Bush.

“Saya tidak setuju dengan deradikalisasi proyek presiden Bush itu,” ucapnya. Sejak 2012, Din sudah terlibat dalam sebuah konferensi yang menolak kekerasan dalam beragama.

“Kami meluncurkan satu gerakan sejak 2012, Countering Violent Extremism, jadi meng-counter ekstrimitas yang menampilkan kekerasan, nah ini yang dipake dunia,” tutur Din.

Baca Juga: Perampok Bersenjata Gasak RP 599 M dan Menculik Manajer Perusahaan Keamanan Inggris pada 22 Februari 2006

Dia pun menjelaskan bahwa kata radikal mempunyai arti positif, tidak selalu bermakna negatif. “Radikal itu akar, beragama harus radikal, artinya berpegang pada akar agama. Sama halnya bernegara harus radikal, berpegang kepada dasar negara,” katanya.

Saat ini kata radikal sudah mengalami distorsi yang digunakan dalam makna negatif dan ditujukan terhadap kelompok yang dicap radikal.

“Patut diduga mereka (GAR-ITB) yang memasang spanduk di kampus ITB ‘Pecat Din Syamsuddin dari anggota MWA ITB’ karena radikal katanya,” tutur Din.

Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca 22 Februari 2021 di Wilayah Jawa Barat: Sebagian Besar Hujan Petir dan Angin Kencang

Sejak awal pembentukan Majelis Wali Amanat (MWA), Din mengaku sudah mencium ada pertarungan yang tidak sehat. “Saya mengendus dari awal ini ada aroma pertarungan ideologis ya,” ujarnya.

Pria berusia 62 tahun tersebut melihat bahwa hal tersebut merupakan sebuah malapetaka bagi bangsa. “Kalau di kampus-kampus kita, termasuk di pusat (pemerintah) muncul lagi seperti itu, ini sudah lagu lama, di UI, di ITB, di Gajah Mada,” tambahnya.

Karni Ilyas pun mengajukan pertanyaan soal pihak mana yang masuk dalam cakupan deradikalisasi.

“Iya Islam dan non-islam yah, dulu kita kenal ada dikotomi santri abangan, kemudian sudah cair sebenernya tahun 90-an, tapi setelah reformasi, dikotomi ini (radikal) muncul,” jawab Din.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 22 Februari 2021: Angga dan Michelle Ungkap Identitas Pembuka Email Roy Tapi Bukan Elsa

Din mengungkapkan bahwa cap radikal tersebut merupakan kepentingan dari pihak yang sudah mempunyai tujuan ideologis.

“Tapi ideologi politiknya bukan kepada kepentingan Islam, apalah ya sebut nasionalis, sosialis, bahkan komunis, atau sekuler, liberal, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Selain itu, Din memang sudah merasa tidak nyaman sejak awal saat mengetahui maksud dibalik pembentukan GAR-ITB. “Saya tahu diri, sebagai orang yang datang dari universitas lain, berada di situ (ITB), saya berjanji untuk tidak ikut terlibat,” tambahnya.***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah