Perang Opini Mantan Stafsus Menteri ESDM dengan Stafsus Menkeu Kian Memanas: Mari Gunakan Akal Sehat

- 25 Februari 2021, 09:23 WIB
Logo Twitter
Logo Twitter /Unsplash

Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Muhammad Said Didu di akun Twitter pribadinya.

Menurutnya, jika hutang negara semakin banyak maka akan semakin berkurang anggaran kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, pendapatan perkapita juga tidak akan menunjukkan tingkat kesejahteraan secara keseluruhan.

“Kalau logikanya demikian maka jika utang banyak, pendapatan negara digunakan untuk bayar utang maka seluruh rakyat berkorban karena mengurangi anggaran untuk kesejahteraan mereka,” tulis Said.

Baca Juga: Sejumlah PK dan Sayap Partai Golkar Kabupaten Bandung Tolak Hasil Musda

“Logika yg sama, pendapatan perkapita juga tidak menunjukkan tingkat kesejahteraan secara keseluruhan,” lanjutnya. Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Yustinus Prastowo di akun Twitter pribadinya.

Pada akun Twitternya, Prastowo menunjukkan data keuangan pada tahun 2020 yang menunjukkan bahwa penerimaan pajak turun, hutang bertambah, dan alokasi untuk rakyat Indonesia mengalami kenaikan yang tajam

“Jungkir balik Pak logika Anda. Tahun 2020 bukti: penerimaan pajak turun, utang bertambah, alokasi untuk rakyat naik tajam! Tahun 2021 pun demikian.,” tulis Prastowo.

“Kok bisa: tenor utangnya panjang, aktivitas ekonomi bangkit dan pulih, penerimaan negara pulih bertahap, belanja direfocusing,” lanjutnya.

Baca Juga: Gasak Wolfsberger 0-4, Tottenham Tim Pertama yang Lolos ke Babak 16 Besar Liga Europa

Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Muhammad Said Didu di akun Twitter pribadinya. Menurutnya, angka yang mengalami kenaikan tajam itu bukan alokasi untuk rakyat melaikan hutang negara.

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x