Kantor kejaksaan Ekuador yang memulai penyelidikan atas kerusuhan tersebut mengatakan 18 mayat ditemukan terpotong-potong di salah satu penjara.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Presiden Lenin Moreno mengakui sistem penjara negara mengalami kelebihan kapasitas hingga 30 persen, selain kekurangan dana dan personel yang memadai.
Lebih jauh kerusuhan dipicu tindakan pihak berwenang yang membongkar laboratorium pemrosesan kokain dan menyita 128 ton obat terlarang tersebut pada tahun 2020.
Temuan ini menjadi rekor tersendiri.
Baca Juga: Stadion GBLA Siap Dilelang, Persib Disebut Paling Serius
“Apa yang terjadi kemarin bukan kausal, itu diorganisasi dari luar penjara dan diatur secara internal oleh mereka yang membangkang pada kepemimpinan geng dan konflik perdagangan narkoba di seluruh wilayah nasional,” katanya.
"Jadi apa yang terjadi kemarin bukanlah kebetulan, ini sebuah konsekuensi," tambah Moreno.
Ia kini tak menampik pihaknya akan mencari bantuan internasional dalam memerangi kejahatan terorganisasi negaranya.
Tahun 2019, Moreno mendeklarasikan sistem penjara Ekuador dalam keadaan darurat setelah 24 orang tewas dalam gelombang kekerasan.***