"Jalan gejlak-gejluk (rusak) itu, jalan yang mendekatkan diri pada Allah. Karena gejlak-gejluk itu apalagi pake motor kita pasti bilang Lailahaillallah, Subhanallah," ujar Dedi.
"Jadi dengan jalan gejlak-gejluk kita ingat pada Allah. Kalau lempeng (lurus), mulus clengg (ngebut) saja kita lupa sama doa," candanya.
Tak lama setelah melewati jalan tersebut, Dedi pun sampai di sekolah dan disambut oleh Pak Eko dan sejumlah guru. Pertemuan itu berjalan cair dan penuh canda.
Bahkan sosok Pak Eko yang sebelumnya terlihat tegang berubah 180 derajat karena sifat aslinya yang humoris muncul.
Dalam bincang santai itu, Pak Eko menceritakan kisahnya pertama kali menjadi guru IPA di Kabupaten Sukabumi.
Baca Juga: Tak Sejalan dengan Yasonna Laoly, Wamenkum HAM Kena Semprot Politisi PDIP pada Rapat Kerja
Awalnya sang istri yang diterima sebagai guru, tak lama Pak Eko pun diterima menjadi guru IPA.
"Tos 15 tahun di dieu (sudah 15 tahun mengajar di sini). Saya sama istri aslinya Purwokerto. Cuma waktu itu istri saya punya uwak di Sukabumi kemudian daftar dan keterima (jadi guru) di Sukabumi. Terus saya coba daftar di Sukabumi, dan Alhamdulillah (keterima)," kata Pak Eko.
"Waktu itu sudah menikah?," tanya Dedi.
"Belum masih teman temanan saja," jawab Eko.