Polemik Rizieq Shihab, Rocky Gerung Sebut Ada Ketidakadilan

- 24 Maret 2021, 09:05 WIB
Pengamat politik, Rocky Gerung.
Pengamat politik, Rocky Gerung. /YouTube Rocky Gerung Official



GALAMEDIA - Polemik pengadilan Rieziq Shihab atas tuduhan melakukan pelanggaran pidana, belum juga menemui ujung penyelesaiannya.

Sejumlah publik berpendapat bahwa dalam penanganan kasus Rizieq tersebut terdapat ketidakadilan di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan ahli filsuf sekaligus pengamat politk, Rocky Gerung.

Dilansir Galamedia dari Youtube Rocky Gerung Official, pada Rabu, 24 maret 2021, Menurut Rocky terdapat kepanikan istana dalam menghadapi Rizieq Shihab tersebut.

Menurut Rocky, istana tengah melihat akan ada politik Islam yang membesar di balik kasus Rieziq Shihab tersebut. Padahal politik Islam tidak akan membesar jika ada keadilan sosial.

"Dilihat dari sudut pandang sejarah, politik Islam tumbuh pada masa-masa ketidakadilan berkembang, seperti zaman orde baru," ujar Rocky Gerung.

Baca Juga: Survei IPI Tunjukan Anies Baswedan Teratas, Wagub DKI: Ini Maret 2021, Pilpres 2024 Masih Jauh!

Rocky melihat dengan sangat jelas perbedaan kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang Rizieq dan Jokowi.

Rocky melihat Rizieq mempunyai kepemimpinan moral yang lebih baik, dibanding Jokowi yang dinilainya sebagai sosok petugas partai.

"Terlihat antara kepemimpinan moral Habib Rizieq yang berperan sebagai petugas rakyat, dan Jokowi sebagai petugas partai," ujar Rocky Gerung.

Dalam kasus Rizieq Shihab tersebut, Rocky menilai istana tidak menempatkan Rizieq sebagai warga negara, melainkan menempatkannya sebagai tokoh Islam.

Maka dari itu, Rocky menyimpulkan bahwa kasus Rizieq Shihab ini bukanlah kasus pidana, melainkan soal pelanggaran HAM.

Presiden Jokowi tidak peduli dengan hak asasi manusia, hal tersebut bisa dilihat dari keberjalanan hukum kasus Rizieq Shihab.

Baca Juga: Sidang HRS Jadi Tatap Muka, Simpatisan Diimbau untuk Tidak Hadir, Polri Siapkan Pengamanan

Rocky menilai kasus habib Rizieq bukan permasalah pidana, melainkan soal pelanggaran hak asasi manusia.

Seharusnya Rizieq berhak memperoleh perlindungan dalam memberi kritik pada kekuasaan, dianggap sebagai kriminalitas, karena itu penguasa mencari delik yang kriminal, yakni pelanggaran prokes mengenai kerumunan.

"Dalam pengadilan kasus Rizieq terdapat pengadilan sesat yang berupaya untuk memberi kesan bahwa Rizieq adalah orang sesat," ujar Rocky.

Rocky menilai seharusnya hukum memberi keadilan tanpa membeda-bedakan kasta, antara Presiden dan orang biasa seperti Rizieq Shihab.

Rocky memprotes kekuasaan menangani kasus Rizieq Shihab, karena  terdapat sebuah upaya untuk mendiskreditkan sebuah kelompok, yang dibelakangnya ada simbol-simbol Islam.

Baca Juga: Marzuki Alie CS Cabut Gugatan ke AHY, Diam-diam Moeldoko Terima Tamu dari AS, Ada Apa ya?

Dukungan moral yanga sangat besar dari masyarakat membuat kepanikan di dalam Istana. Karena itu dilakukanlah segala cara untuk menyudutkan Rizieq Shihab sebagai warga negara.

Rocky Gerung menilai kepemimpinan moral dari Rizieq berhasil menggerakan umat dengan bijaksana.

Rizieq mampu untuk memberi tahu kepada publik, kapan harus bergerak, diam, menunggu, harus menghormati kekuasaan, serta mengkritik kekuasaan.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan kepemimpinan milik istana, dimana di dalamnya penuh dengan kebohongan, intrik, serta manipulasi.

"Itu justru yang dikhawatirkan istana, karena Habib Rizieq akhirnya punya kepemimpinan moral. Dia mampu untuk memberi tahu pada publiknya kapan harus bergerak, diam, menunggu, harus menghormati kekuasaan, serta mengkritik kekuasaan," ujar Rocky.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x