Pengamat Politik Ini Sebut Anies Baswedan Jadi Kunci Lemahnya Poros Partai Islam di Pilpres 2024

- 21 April 2021, 07:28 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan /Tangkap Layar YouTube Pemprov DKI Jakarta/

 

GALAMEDIA – Pakar Hukum Tata Negara sekaligus pengamat politik, Refly Harun menyoroti perihal keterkaitan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan poros partai Islam di Pilpres 2024.

Refly Harun menyebut, peluang poros Islam memang akan sangat tergantung kepada siapa tokoh yang diajukan. Menurutnya, tokoh yang diajukan tersebut sebaiknya telah mewakili basis Islam modernis dan basis Islam tradisionalis.

“Tetapi kalau dua-duanya diambil, bagaimana dengan kelompok nasionalis? Karena misalnya kita bicara tentang presiden ideal itu selalu tiga perspektifnya yaitu Jawa dan luar Jawa, Islam dan nasionalis, serta sipil dan militer,” ujar Refly Harun yang dikutip Galamedia dari kanal Youtube Refly Harun, Rabu 21 April 2021.

Baca Juga: Panji Gumilang Dilaporkan ke Mapolda Jabar Karena Dugaan Kasus Asusila

Refly Harun menyebut, tiga perspektif ini sudah hilang dalam beberapa kesempatan Pilpres 2024. “Mitos Islam-nasionalis berhasil dipatahkan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ketika menggandeng Budiono karena mereka berdua adalah nasionalis,” ungkap Refly Harun.

“Yang juga terpecahkan adalah sipil-militer karena Presiden Jokowi tidak menggandeng militer untuk menjadi wakil presidennya. Begitupun Jawa-luar Jawa sudah dipecahkan oleh SBY,” tambahnya.

Selain itu, Refly Harun menyebut, pembentukkan poros partai Islam itu tidak mudah. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh adanya pertengkaran antara basis Islam modernis dan basis Islam tradisionalis.

Baca Juga: Awal dari Sebuah Akhir, Koalisi 12 Tim Liga Super Eropa Perlahan Runtuh, Diawali Manchester City dan Chelsea

“Justru itu lebih hebat ketimbang misalnya perbedaan pendapat antara Islam tradisionalis dan kaum nasionalis,” tutur Refly Harun.

“Misalnya PKB dengan backbone NU justru selalu lebih dekat dengan kelompok-kelompok nasionalis yang bahkan kelompok kiri yang jauh seperti PDIP misalnya. Justru yang paling aneh adalah PKB lompat langsung ke kelompok di spektrum kiri jauh. Malah dengan yang kiri dekat enggak dekat misalnya dengan Demokrat,” ungkapnya

Oleh karena itu, Refly Harun menegaskan bahwa spektrum politik tersebut tidak dapat mempengaruhi pembentukan sebuah koalisi partai politik. “Kemungkinan yang bisa menyatukan ini semua adalah pramagtisme politik karena mereka akan melihat peluang menang dalam Pilpres 2024,” pungkasnya.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 21 April 2021: Mimpi Mama Sarah Jadi Kenyataan, Al Tetap Bohong Ke Andin!

Sebelumnya telah diberitakan, Pengamat Politik Lembaga Survei Politik Konsepindo, Veri Muhlis Ariefuzzaman menyebut, peluang partai-partai Islam bergabung menjadi satu poros dalam kontestasi Pilpres 2024 itu cukup berat.

Hal tersebut disebabkan karena hingga saat ini partai-partai Islam belum mencapai kesepakatan untuk bersatu menjadi satu poros yang kuat.

Selain itu, Veri juga menyebut, apabila partai-partai Islam benar-benar bersatu menjadi satu poros yang kuat, maka hal tersebut dapat menimbulkan respon negatif dari masyarakat.

Baca Juga: Wow! Jokowi Punya Waktu Tidur yang Sama Seperti SBY? Berikut 3 Fakta Unik Mengenai Jokowi

Hal tersebut disebabkan karena keberadaan poros partai Islam telah menunjukkan politik identitas. Menurutnya, pembentukkan poros tersebut ditujukan meraup suara umat Islam di Indonesia yang dikenal cukup banyak.

Suara umat Islam di Indonesia terdiri dari 2 basis yaitu basis Islam tradisionalis dan basis Islam modernis. Basis Islam tradisionalis sendiri diwakili oleh NU, PKB, dan PPP. Sementara basis Islam modernis diwakili oleh PBB, PKS, dan PBB.

Maka dari itu, Veri menilai bahwa poros partai Islam akan sulit untuk dicapai karena kedua basis tersebut memiliki kepentingan yang berbeda.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 21 April 2021: Cie..Nana Dewa Jadi Suami Istri Sesunguhnya, Alya Tak Terima

Selain itu, Veri menyebut, apabila Anies Baswedan diberi penawaran oleh basis Islam modernis untuk bergabung ke dalam poros partai Islam, maka basis Islam tradisionalis belum dapat menerima keberadaannya tersebut. Begitupun sebaliknya.

Oleh karena itu, Veri menilai bahwa hal tersebut dapat diatasi oleh Anies Baswedan dengan cara memilih seorang tokoh yang berasal dari basis Islam tradisionalis untuk dijadikan wakil presiden. Begitupun sebaliknya. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x