Selain di market place online, pihaknya akan mendorong penjualan penjualan "E Katalog" di pemerintah.
"40 persen pengadaan pemerintah harus menyerap produk UMKM, dan pengadaanya lewat elektronik juga," terang Teten.
Sementara itu pemerhati koperasi dan UMKM yang juga merupakan inisiator dari UMKM alumni Unpad yang tergabung dalam Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) menyebutkan, peran pemerintah yang mensupport penjualan online untuk UMKM di masa pandemi ini tidak bisa berdiri sendiri.
Tetapi justru merupakan suatu mata rantai produksi dan pasar yang tidak terputus, dimulai dari penyiapan bahan baku produksi yang seharusnya dapat di penuhi dari produk lokal, kemudian proses packaging, proses mengemas tampilan foto produk, dan terakhir adalah sistem pengiriman kepada pelanggan.
"Mata rantai ini sebaiknya jangan terputus, karena apabila hanya sebagian saja dilakukan akan menimbulkan suatu proses yang tidak sustain," kata Dewi.
"Karena produk yang dipesan rusak akibat kurang bagusnya pengiriman maka akan mengakibatkan pemesan kapok melakukan repeat order," lanjut Dewi mencontohkan.
Hal lain disebutkan bahwa support kepada UMKM dari pengusaha pengusaha besar atau BUMN itu harusnya mengarah ke rantai produksi itu sendiri. Contohnya perusahaan mobil, maka akan meminta support dari umkm dari komponen2 penunjang spt mur, baud, dll.
"Masih banyak di kita yang belum nyambung seperti perusahaan otomotif meminta support UMKM nasi kotak untuk karyawan," kata dia.
"Jadi sudut pandang melibatkan produk UMKM di kita belum optimal, masih ala kadarnya saja," kata Dewi.