Rektorat Panggil BEM UI Usai Kritik Jokowi, PKB: Lebay, Jangan Sampai Kampus Mematikan Daya Kritis Mahasiswa

- 28 Juni 2021, 10:12 WIB
Ketua DPP PKB Daniel Johan
Ketua DPP PKB Daniel Johan /instagram.com/danieljohan_dj/

GALAMEDIA – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menobatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai ‘The King of Lip Service’ karena dianggap kerap obral janji.

“JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE,” cuit akun @BEMUI_Official yang dikutip Galamedia, Minggu (27 Juni 2021).

“Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK dan rentetan janji lainnya,” demikian cuitan @BEMUI_Official.

Baca Juga: Sosok Rektor Terkuak Usai Panggil BEM UI, Ternyata Sempat Jadi Komisaris Dua Bank Pemerintah

Menyusul postingan tadi, BEM UI dipanggil pihak rektorat. Pemanggilan tersebut menuai pro dan kontra dari sejumlah pihak. Salah satu yang angkat suara adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

PKB melalui Ketua DPP, Daniel Johan menilai panggilan rektorat berlebihan. Kendati demikian, ia meminta BEM UI melakukan klarifikasi secara mendalam.

Baca Juga: 5 Sungai Paling Kotor di Dunia, Sungai Citarum Indonesia di Posisi Berapa?

“Rektoratnya lebay, tapi ya hadapi saja karena ada bagusnya juga untuk BEM dipanggil sehingga BEM bisa melakukan klarifikasi secara mendalam agar diskusi 2 arah mahasiswa dan civitas akademika bisa berlangsung secara demokratis dan berakal-sehat,” kata Daniel kepada wartawan, Senin (28 Juni 2021).

Daniel menuturkan mahasiswa memiliki kreativitas tinggi dalam menyampaikan kritik sehingga tak perlu dipermasalahkan selama masih dalam koridor demokrasi.

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Babak 16 Besar EURO 202 Malam Ini, Spanyol dan Prancis Bakal Susul Italia?

“Sebagaimana presiden pun selalu membuka pintu dialog dengan berbagai kritik yang ada, mahasiswa itu kadang punya kreativitas tinggi dalam menyampaikan kritiknya dan selama masih dalam koridor demokrasi tidak perlu terlalu dipermasalahkan,” terangnya.

Lebih lanjut dia berharap kampus tidak mematikan daya kritis mahasiswa.

“Kalaupun dianggap terlalu nyentrik atau melanggar etik, kampus punya kode etik tetapi jangan sampai kode etik kampus mematikan daya kritis mahasiswa itu sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: Dua Alasan yang Membuat Kebanyakan Manusia Masuk Neraka dan Surga

Menurutnya bangsa ini membutuhkan kritikan mahasiswa dan jika mereka masih mengkritik pemerintah, itu berarti mereka masih peduli pada bangsa ini.

“Bangsa ini masih membutuhkan kekritisan mahasiswa yang sejauh ini tidak terlalu kental dengan kepentingan, dan munculnya kritik menandakan daya kritis mahasiswa masih hidup, bahwa mahasiswa masih memiliki rasa kepedulian dan idealisme yang kuat terhadap bangsa ini,” pungkasnya.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x