Network
GALAMEDIA – Tanggal 7 Juli merupakan hari ke-188 dalam kalender masehi yang erat kaitannya dengan awal mula perseteruan antara China dengan Jepang di Jembatan Marco Polo.
Pasalnya, Jepang sudah mulai mengerahkan pasukan tentaranya untuk berekspansi ke Ibu Kota China, Beijing, 7 Juli 1938.
Sesampainya di Beijing, belasan ribu tentara Jepang langsung ditempatkan di beberapa tempat vital seperti jalur kereta api.
Tidak hanya itu, tentara Jepang juga sudah dilengkapi dengan peralatan perang yang super canggih.
Bahkan, Jepang mengklaim jika peralatan perang itu lebih canggih beberapa kali lipat ketimbang peralatan perang asal Eropa.
Baca Juga: Pemerintahan Jokowi Dianggap Gagal Tangani Covid-19, Tokoh Tionghoa: Kini Saatnya Pak Prabowo
Tepat 7 Juli 1938 dini hari, tentara Jepang pun langsung menggelar latihan militer sambil memantau area perbatasan antara pasukan Jepang dengan pasukan China.
Baik itu tentara Jepang maupun tentara China, mereka sama-sama ditempatkan di luar Benteng Wanping.
Tepat pada pukul 23.00 waktu, perang antara Jepang dengan China pun pecah.
Tidak lama kemudian, pasukan tentara Jepang pun mulai keteteran menghadapi pasukan tentara China.
Pasalnya, seorang tentara Jepang dikabarkan hilang saat perang kedua negara terjadi.
Lantas, Komandan Resimen China Ji Xingwen pun mengetahui kabar tersebut dan menolak permintaan mentah-mentah Jepang untuk mencari keberadaan pasukannya itu.
Sebagai aksi balasan atas tindakan tersebut, Jepang pun langsung mengeluarkan ultimatum ke China.
Baca Juga: Keluarga Besar PAN Kembali Dirundung Duka, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan: Insya Allah Husnul Khotimah
Untuk menjawab ultimatum tersebut, pasukan tentara China pun langsung menggempur pasukan tentara Jepang tepat di Jembatan Marco Polo.
Maka dari itu, hingga saat ini masyarakat Jepang mengenal peristiwa 7 Juli 1938 sebagai Insiden Jembatan Marco Polo. ***
