Waspadai Serangan Penyakit Non Covid, dr Tirta: Jangan Takut Pergi ke Dokter!

- 9 September 2021, 15:05 WIB
Tirta Mandira Hudhi alias dr Tirta.
Tirta Mandira Hudhi alias dr Tirta. /@dr.tirta

GALAMEDIA - Tirta Mandira Hudhi alias dr Tirta mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai berbagai penyakit selain Covid-19. Sehingga ia meminta masyarakat untuk tidak takut mengunjungi dokter.

Hal itu diungkapkannya pada tayangan video YouTube berjudul 'PERKEMBANGAN C0V1D KIAN MEMBAIK ???' dikutip, Kamis, 9 September 2021.

Dengan kondisi cuaca tidak menentu saat ini, dr Tirta menyatakan,  sejumlah penyakit yang tengah menyerang masyarakat.

"Selain Covid, aware gejala alergi dingin akibat cuaca saat ini sedang tidak menentu. Alergi gatal-gatal semacam dematitis dan ultikaria," ujarnya.

Baca Juga: Begini Ikhtiar Kota Bandung Mencegah Klaster Sekolah, Yana: Kami Lakukan Secara Hati-hati

Tak hanya itu, ia pun mengingatkan ancaman tipus, muntaber, infeksi usus yang kasusnya cenderung meningkat. Kemudian juga herpes dan demam berdarah.

"Jadi jangan takut pergi ke dokter. Penyakit itu tak hanya Covid-19. Jadi, semakin jaga kesehatan agar kondisi tetap baik," katanya.

Ia pun mengungkapkan kondisi di rumah sakit (RS) saat ini telah dipenuhi oleh pasien selain Covid-19.

"Karena pasien sudah mulai berani ke RS. Enggak kayak dulu orang takut ke RS karena takut dicovidkan, namun itu kini terbantahkan," ujarnya.

Sehubungan hal itu, ia pun mengapresiasi sejumlah influencer baik dari kalangan tenaga kesehatan (nakes) maupun non nakes yang turut membantu mengungkap kebenaran kepada masyarakat perihal Covid-19.

Soal perkembangan kasus Covid-19, ia menyatakan,  beberapa hari terakhir ini menunjukan perbaikan.

Baca Juga: Herd Immunity di Kota Bandung Segera Terbentuk, Masyarakat Jangan Abaikan Protokol Kesehatan 5M

Ia menyebutkan, beberapa hari ini angka tes meningkat 100 ribu - 150 ribu per hari. Hasilnya, positivity rate cenderung menurun hingga mendekati batas aman 5 persen.

Menurutnya, Kondisi saat ini berbanding terbalik dengan situasi dua bulan lalu pada awal juli nyaris 47 persen

"Ketika kita sudah bisa mengontrol varian delta, di beberapa negara sedang kelimpungan," ungkapnya.

Ia pun menyinggung adanya prediksi sebelumnya soal kegiatan vaksinasi di Indonesia bakal berlangsung 10 tahun. Namun pada kenyataannya kondisinya saat ini telah mengalami perubahan.

Saat ini 69 juta penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksin. "Saat ini Indonesia menempati peringkat nomor 6 di bawah Jerman," ujarnya.

Kondisi itu membuat negara tetangga Malaysia, lanjutnya, terkaget-kaget atas tindakan Indonesia.

Ia pun menyatakan, penurunan kasus Covid-19 bukan akibat mengubah-ubah data.

"Kalau ngubah-ubah data enggak lah. Saya juga ngalami dalam telemedicine cenderung turun. Lalu kita bisa lihat BOR (bed occupancy rate) juga stabil di 20-30 persen," katanya.

Ia menilai ada tiga faktor yang menyebabkan penurunan angka kasus Covid-19.

Pertama, ia menyebutkan, kebijakan vaksinasi sangat ngebut. "Namun di luar jawa sejumlah daerah masih susah. Contoh kasus antrean Lampung," katanya.

Baca Juga: Ujicoba Prokes di Objek Wisata, Diusulkan yang Berkonsep Alam

Kedua, kata dia, murahnya PCR dan swab antigen. "Itu ngebuat tracing meningat. Khususnya cek secara mandiri. Tapi jujur saja di luar Jawa masih ada yang mahal. Ini masih harus evaluasi," katanya.

Ketiga, lanjut dia, terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Kita mau ga mau, PPKM leveling ternyata adalah solusi untuk perbaikan. Ini terlambat. Sebenarnya sudah diterapkan di Inggris. Saat Liverpool juara EPL, Inggris saat itu menerapkan lockdown level 5-6. Ketika bagus turun level 2, kalau jelek level 4," ungkapnya.

Ia pun menjelaskan kebaikan dari PPKM leveling tersebut. "Dulu, di tahun lalu saat PSBB, semua dipukul rata. kita enggak tak tau, daerah ini positively rate tinggi atau BOR. Akibatnya bingung," ujarnya.

Dengan sistem PPKM leveling, perlakuan pembatasan antara satu daerah dan daerah lain menjadi berbeda.

Baca Juga: Diminta Dirikan Parpol, PA 212 Malah Sebut PDIP Sarang Koruptor: Partai Mending Dibubarkan

Ia pun mencontohkan Kota Semarang yang kini sudah memasuki level 2. Namun Kota Yogyakarta masih berada di level 4. "Padahal kota ini jaraknya cukup dekat, tapi levelnya berbeda," katanya.

Dengan begitu, ia menegaskan, kebijakan PPKM yang benar adalah ketika PPKM leveling tidak dipukul rata. Namun disesuaikan dengan daerah masing-masing sehingga bisa terkontrol.

Disinggungnya, angka kematian akibat Covid-19 pun cenderung turun. "Kini rata-rata di angka 500-an. Bulan lalu sempat tembus 2000-an," ujarnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x