Dedi mengatakan jika Angling Dharma memang telah banyak membangun rumah warga, mengurus anak yatim dan memperhatikan kehidupan janda tua itu merupakan hal yang baik.
Terlebih yang dilakukannya tidak merugikan atau melanggar negara.
Bahkan Dedi berharap setiap desa memiliki sosok raja yang memberi keadilan, menjadi problem solver, dan memiliki rumah tertata dan berarsitektur keren.
Sehingga bisa menjadi tempat kunjungan orang berwisata, lalu menata kampungnya dengan desain arsitektur khas kerajaan, dan membangun tempat pertemuan warga.
"Bayangkan misal ada lima ribu desa yang punya tokoh kuat dan membangun keadilan, kemakmuran, tidak ada lagi kemiskinan, seluruh rumah dialiri listrik gratis, anak-anak yatim semua sekolah, janda tua setiap hari mendapat beras atau panganan memadai, di desanya rukun tidak ada konflik, saya pikir negeri ini akan cepat maju," terang dia.
Baca Juga: Soal Laporan Luhut Pandjaitan, PMJ Berpegangan ke Edaran Kapolri, Apa Isinya? Simak Penjelasannya
"Tapi jangan kebalik. Ada tokoh tapi sukanya ngutip (pungutan), ada tokoh membangun tapi merusak dulu ambil batunya, pasirnya dan barang bernilai lain di desa itu eksploitasi kemudian dibangun sedikit yang gedenya diambil. Apalagi bagi sedikit kemudian diperlihatkan ke masyarakat umum," ujar Dedi.
Sehingga Dedi tak mempermasalahkan mengenai keberadaan Angling Dharma yang sejauh ini bernilai positif dan dicintai masyarakat sekitar.
"Jadi menurut saya untuk Angling Dharma tidak ada problem, silakan saja. Mangga. Selagi tidak melanggar hukum dan tidak ada undang-undang yang ditabrak. Karena raja itu kultural ada pengakuan dari rakyat," pungkasnya.***