Terlebih kata dia, apabila ingin mempersoalkan AD-ART partai politik lain.
"Meski UU tdk explisit larang advkt jd ketum prpol, tp etika kpantasan sulit trima, aplgi mau prsoalkn AD Prpol orang lain. Mski hkm slalu msti trtulis, kpntasan&baik-buruk bs cukup dg sense of ethics," beber Jimly.
Di sisi lain kata Jimly, Parpol sebagai lembaga negara yang diatur dalam UUD apalagi jika dibiayai APBN tentu harus mendapat pengawasan.
Baca Juga: Sudah Milik Asing, Guru Besar UI: Jangan Lagi Ada yang Bilang Indonesia Kaya Akan SDA
Maka kata dia, AD-ART Parpol memang tidak boleh bertentangan dengan UU dan pengadilan dapat menilai.
"Prpol jg lembaga negara dlm arti luas, status & perannya ada di UUD. Aplg kalo jd dibiayai APBN, psti jadi objek pemeriksaan BPK. Mk AD prpol sbg implementing regulation kwenangan ngatur atas delegasi UU, tdk boleh langgar UU. Pngdlan hrs bs nilai hal ini, tntu trgntung hakimnya," pungkasnya.***