Menang Telak Lawan Megawati, Demokrat Nilai Hasto Gagal Move On dari Pilpres 2004 dan 2009

- 24 Oktober 2021, 10:09 WIB
Kamhar Lakumani.
Kamhar Lakumani. /Ninding Permana/ragamindonesia/dok. kamhar

GALAMEDIA – Partai Demokrat (PD) menanggapi dengan serius pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto yang mengatakan banyak terjadi kecurangan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009.

Elite PD, Kamhar Lakumani lantas menilai Hasto sebagai pribadi yang gagal move on usai kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 dan 2009.

Seperti diketahui, Megawati Soekarnoputri kalah dua kali dari SBY.

Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 24 Oktober 2021: Antam dan UBS Naik Tipis

Di Pilpres 2004, Megawati yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi kalah dari SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Sementara di Pilpres 2009, Megawati dengan Prabowo Subianto kalah dari SBY yang berpasangan dengan Boediono.

“Hasto gagal move on untuk menerima kenyataan paslon yang diusung partainya kalah telak saat Pilpres dalam satu putaran,” ujarnya pada wartawan, Minggu, 24 Oktober 2021.

Baca Juga: Profil Christ Laurent, Raih Penghargaan Festival Film Bandung 2021 Kalahkan Arya Saloka dan Evans Sanders

Menurut Kamhar, Hasto juga tengah mengalihkan isu polemik tentang pengambilan keputusan Presiden Joko Widodo dan presiden pendahulunya ke persoalan Pemilu 2009.

Salah satu kader PD ini mengingatkan, pada kontestasi Pilpres 2009 silam, ada dua incumbent yang berlaga. Selain SBY, ada juga Jusuf Kalla yang maju berpasangan dengan Wiranto.

Ini berarti, tidak mungkin ada pendekatan kekuasaan yang dilakukan oleh salah satu kontestan.

Baca Juga: Profil Christ Laurent, Raih Penghargaan Festival Film Bandung 2021 Kalahkan Arya Saloka dan Evans Sanders

Terlebih, hasil-hasil survei juga tidak jauh berbeda dengan hasil pemilu saat itu.

“Hasil-hasil survei dari seluruh lembaga survei juga tak jauh berbeda dengan hasil Pemilu saat itu yang memenangkan SBY-Boediono,” ungkap Kamhar.

Karena itu, dia meminta agar Hasto tidak membuat argumen ngawur terkait hal ini.

“Jadi Hasto tak usah buat argumen yang ngawur dan sok intelek tapi tak punya justifikasi, hanya ilusi,” imbuhnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 24 Oktober 2021: Mengejutkan, Denis Ternyata Kenal dengan Mama Sarah

Sebelumnya, menanggapi ucapan Kamhar yang menyebutnya hidup di alam mimpi di era SBY, Hasto menyebut perlu ada kajian akademis agar perbandingan kinerja antara SBY dan Jokowi menjadi objektif.

“Sebenarnya yang paling objektif kalau dilakukan kajian akademis, dengan menggunakan mixed method dari aspek kuantitatifnya, bagaimana jumlah jembatan yang dibangun antara 10 tahun Pak SBY dengan Pak Jokowi saat ini saja. Jumlah pelabuhan, jalan tol, lahan-lahan pertanian untuk rakyat, bendungan-bendungan untuk rakyat, itu kan bisa dilakukan penelitian yang objektif,” papar Hasto.

Baca Juga: Tagar #IndonesiaRoadTo5G Menggema di Twitter

Hasto juga menyampaikan, secara kualitatif terjadi kecurangan masif saat pemilu di era SBY. Dia mengatakan ada manipulasi data daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2009.

“Kemudian aspek kualitatifnya, bagaimana penyelenggaraan pemilu. Pada 2009 itu kan kecurangannya masif, dan ada tokoh-tokoh KPU yang direkrut masuk ke parpol hanya untuk memberikan dukungan elektoral bagi partai penguasa. Ada manipulasi DPT dan sebagainya,” pungkasnya.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x