GALAMEDIA - Sepanjang Januari hingga September 2021, tercatat 181 pohon tumbang dan patah dahan terjadi di Kota Bandung. Penyebabnya, karena faktor alam dan manusia.
"Faktor alam seperti hujan deras disertai angin kencang. Sedangkan faktor manusia, salah satunya ada pemotongan akar pohon. Padahal, akar berfungsi untuk menopang pohon," ujar Kasubag TU UPT Penghijauan dan Pemeliharaan Pohon Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) Kota Bandung, Mustofa pada program Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Kamis, 28 Oktober 2021.
Masyarakat, ungkap Mustofa, umumnya melaporkan kejadian pada pohon baik patah dahan maupun tercerabut dari akarnya sebagai pohon tumbang. Padahal, biasanya yang dilaporkan itu patah dahan dan tidak tumbang. Pohon dikatakan tumbang bila patah dari akarnya.
"Dari 181 kejadian, 94 kasus merupakan pohon tumbang dan 87 patah dahan," tuturnya.
Pihaknya, kata Mustofa, tidak bisa menentukan daerah mana saja yang pohonnya dikatakan rawan tumbang. Namun, pihaknya tetap berupaya mengatisipasi pohon tumbang di wilayah Kota Bandung. Yakni dengan pemeliharaan pohon dan juga pemangkasan pohon.
"Ada program pemangkasan pohon, misalnya di wilayah Gedebage, Ujungberung, Soekarno-Hatta dan daerah lainnya. Ada 4 tim, dan mereka bekerja setiap hari. Bahkan, malam hari stand by, karena dikhawatirkan ada pohon tumbang," tuturnya.
Menurutnya, pemangkasan bertujuan untuk mengurangi beban pohon agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hingga September 2021, DPKP3 telah memangkas 2.173 pohon yang tersebat di 30 kecamatan.
Dikatakannya, secara kasat mata bila ditemukan adanya pohon kering dan busuk langsung bisa diantisipasi. Namun terkadang ada pohon yang tiba-tiba padahal secara kasat mata kondisi batangnya bagus, daunnya hijau.