Edukasi Pola Hidup Sehat, BKKBN Jabar Targetkan Cegah Stunting Baru

- 26 April 2022, 15:56 WIB
Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Wahidin
Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Wahidin /Rio Ryzki Batee/Galamedia/
GALAMEDIA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar terus melakukan edukasi terkait pola hidup sehat, dalam mencegah terjadinya stunting baru.
 
Lebih jauh, upaya pencegahan stunting baru melalui pendampingan, dilakukan BKKBN Jabar untuk merealisasikan target Gubernur Jabar Ridwan Kamil, yakni zero stunting di 2023.
 
"Jadi artinya bukan tidak ada stunting, tapi tidak ada stunting baru. Stunting yang sekarang ada kita dampingi, tapi jangan sampai ada stunting baru," ungkap Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Wahidin di Kota Bandung, Senin  25 April 2022  malam. 
 
 
Menurutnya merupaka pekerjaan rumah bagi semua pihak dan lapisan masyarakat, untuk mengedukasi dan menerapkan pola hidup sehat. 
 
Berdasarkan data yang dimilikinya, angka prevalensi stunting Jawa Barat mengalami penurunan signifikan. Dari 31,5 persen pada 2018, kini berada di angka 24,5 persen atau setara nasional, yakni 24,4 persen.
 
Meski mengalami penurunan signifikan, namun angka prevalensi stunting Jawa Barat masih tergolong besar. Penyebabnya adalah faktor banyaknya jumlah penduduk di Jawa Barat.
 
 
"Secara nasional memang terlihat besar karena yang stunting ada sekitar 5,3 juta atau 20 persen," ujarnya. 
 
Wahidin menjelaskan bahwa disparitas angka stunting antar kabupaten/kota di Jawa Barat juga masih lebar. Saat ini, ada daerah dengan prevalensi tertinggi, yakni 35 persen dan terendah 12 persen.
 
"Ada dua daerah sudah di bawah standar nasional, sesuai arahan presiden di 2024 itu 14 persen. Di jabar itu Depok dan Bekasi sudah di bawah 14 persen," tuturnya. 
 
 
Salah satu faktor masih tingginya angka prevalensi stunting di Jawa Barat, lanjutnya, karena pola perilaku atau pola asuh orang tua, khususnya terkait asupan makanan anak.
 
"Sejauh ini pola perilaku dan pola asuh orang tua. Jadi ketika lahir sehat, namun dalam dua tahun terjadi stunting," ucapnya.
 
Sebagai contoh, banyak warga lebih memilih mengonsumsi makanan instan yang tidak bergizi. Padahal, Jawa Barat dikenal sebagai lumbung sayuran.
 
 
"Banyak yang malah jual sayur, hasilnya beli mie. Warga kita di daerah pelosok juga kebanyakan suka makanan instan. Itu sangat berpengaruh," tuturnya. 
 
Dikatakannya orang tua kerap berdalih bahwa anak tidak memiliki nafsu makan, jika diberi makanan-makanan berupa sayuran atau makanan kaya nutrisi lainnya.
 
Sehingga, orang tua atau warga yang memiliki kebun sayuran memilih menjual hasil kebunnya untuk dibelikan makanan-makanan instan.
 
 
"Padahal kandungan gizi kurang bagus untuk tumbuh kembang anak. Sekali lagi, itu terjadi karena warga belum sadar dan paham penyebab terjadinya stunting," tambahnya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah