Pada kesempatan lain peneliti Setara Institute Iif Fikriyari Ihsani menyatakan bahwa membangun toleransi dapat dilakukan melalui pemerintahan yang inklusif dan modern.
"Pemerintahan yang menjalankan tata kelola yang setara, partisipatif, toleran dan membuka ruang keterlibatan untuk semua pihak" ungkapnya.
Dialog sendiri membahas bagaimana cara mencegah intoleransi, radikalisme hingga terorisme masuk ke dunia pendidikan melalui contoh aplikatif dari para pembicara.
Sedangkan Sekjen Jaringan Kerja Antarumat Beragama, Risdo Mauli Tua Simangunsong mengungkap karakter masyarakat perkotaan terkait intoleransi.
Dikatakannya, sejauh ini masyarakat perkotaan lebih banyak mengekspresikan keagaamaan di tengah hiruk-pikuk perkotaan di mana diskriminasi selalu dimulai dengan intoleransi.
Baca Juga: Sunda itu Islam, Islam itu Sunda
Dalam materinya Risdo mengenai isu agama yang kerap dikaitkan dengan isu politik, Risdo menyinggung Jakatarub yang menurutnya mencerminkan toleransi sebagai bentuk keberagaman.
Berbagai materi disampaikan narasumber yang hadir dalam dialog publik Peace Edu.
Di antaranya Founder Peace Generation Irfan Amalee, Sekjen Jaringan Kerja Antarumat Beragama Risdo Mauli Tua Simangunsong, peneliti Setara Institute Iif Fikriyari Ihsani, dan Direktur Ayo Mengajar Indonesia Adi Raharjo.***