Pewaris Sultan HB II Minta Kembalikan 57.000 Ton Emas yang Dijarah Tentara Inggris

- 21 Juli 2020, 21:05 WIB
Ilustrasi. (ist)
Ilustrasi. (ist) /


GALAMEDIA - Keturunan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono II (HB II) mendesak Pemerintah Indonesia melalui Presiden Joko Widodo untuk membantu pengembalian aset dan harta benda milik Sultan HB II yang dijarah tentara Inggris tahun 1812.

Di tahun 1812 itu terjadi serbuan ke Kraton Yogyakarta oleh tentara Inggris, yang dikenal dengan Perang Sepehi atau Geger Sepehi.

"Kami mengharapkan harta dan benda bersejarah yang dijarah tentara Inggris pada Perang Sepehi tahun 1812 untuk dikembalikan. Barang-barang tersebut merupakan salah satu bagian dari milik Keraton Yogyakarta di masa Raja Sri Sultan Hamengkubuwono II,” ujar Sekretaris Pengusul Pahlawan Nasional Sri Sultan HB II, Fajar Bagoes Poetranto, kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020.

Baca Juga: Aksi Pecah Kaca , Uang Rp35 Juta Milik PNS di Tasikmalaya Raib

Bagoes menyebut harta berharga yang dijarah adalah logam emas sebanyak 57.000 ton. Termasuk surat bukti kepemilikan atau kolateral juga dirampas. "Kami meminta agar emas tersebut dikembalikan kepada keturunan dari Sinuwun HB II," tegas Bagoes.

Selain emas, Fajar juga menyebut ada dokumen penting kerajaan yang diangkut. Termasuk berbagai manuskrip karya Sri Sultan HB II tentang sastra dan budaya keraton, serta benda pusaka kraton.

“Bahkan perhiasan yang dipakai Sri Sultan HB II pada saat itu juga ikut dirampas,” tambahnya.

Baca Juga: Dibandingkan Provinsi Lain, Jawa Barat Paling Banyak Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan

Manuskrip tersebut penting terkait bukti otentik sejarah Ngayogyakarta. Pihak Yayasan Cahaya Nusantara (Yantra) siap merawat serta menerjemahkan manuskrip tersebut. Penerjemahan itu perlu dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Yogyakarta sejarah masa lampau Sri Sultan HB II.

"Kami mendapat dukungan dari pihak Keraton Yogyakarta dan para keturunan Sri Sultan HB II.  Bahkan yayasan Yantra juga siap bantu,” papar Bagoes.

Menurut Bagoes, pihak trah keturunan juga menginginkan penulisan sejarah mengenai Perjuangan Sri Sultan HB II dan Perang Sepehi. “Hal itu perlu untuk menambah wawasan para generasi saat ini,” kata Bagoes.

Baca Juga: Jadi Usung DS-Sahrul Gunawan, Aa Maung Sebut Demokrat Mengkhianati Rakyat

Pentang Wayang Kulit Format Babad

Untuk mendukung berbagai upaya tersebut, serta dalam rangka pengusulan gelar Pahlawan  Nasional, akan diselenggarakan pementasan wayang kulit dengan lakon Perang Sepehi. Pentas wayang akan dibawakan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro.

Dihubungi terpisah, dalang Ki Catur Benyek Kuncoro menyebut pergelaran wayang mengambil format Babad bukan Wayang Purwo. "Babad yang dimainkan adalah Babad Diponegoro. Sumbernya dari Babad Diponegoro yang ditulis Pangeran Diponegoro saat berada di pembuangan," terangnya.

Pilihan lakon Geger Sepehi menurut Ki Catur Benyek, karena memang dalam rangka Pengusulan HB II sebagai Pahlawan Nasional. "Peristiwa pecahnya Perang Sepehi di era Hamengkubuwono II. Sosok Hamengkubuwono II keras tidak mau tunduk pada Belanda,” terang Ki Catur.

Baca Juga: UNS Siapkan Rumah Singgah MER-C untuk Sivitas Akademika Positif Covid 19

HB II tidak mau kompromi dengan penjajah. “Hamengkubuwono II pernah diturunkan paksa oleh Belanda dan digantikan putranya Hamengkubuwono III. Perang Sepehi pecah, Keraton Ngayogyakarta itu bedah atau kalah," jelasnya.

Pementasan wayang ini sebagai gambaran keberanian dari Hamengkubuwono II.

Halaman:

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x