Krisis Israel Terungkap: Netanyahu Menyalahkan Pemberontakan Pasukan Cadangan Israel atas Serangan Hamas

- 7 November 2023, 08:55 WIB
Foto Ilustrasi PM Israel Netanyahu sebagai penjahat perang yang memulai genosida warga palestina di Jalur Gaza./x.com/FaqhriJ
Foto Ilustrasi PM Israel Netanyahu sebagai penjahat perang yang memulai genosida warga palestina di Jalur Gaza./x.com/FaqhriJ /

GALAMEDIANEWS - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan kemungkinan hubungan antara serangan Pejuang Hamas Palestina pada 7 Oktober dan gerakan pro-demokrasi yang memprotes rencana perombakan yudisialnya selama beberapa bulan sebelumnya.

Gerakan ini melibatkan reservis di angkatan udara yang menolak melaporkan diri untuk dinas militer, mengancam pemberontakan, dan mendapat kritik tajam dari berbagai pihak.

Pernyataan Kontroversial Netanyahu

Netanyahu telah menimbulkan kontroversi dengan mengisyaratkan bahwa penolakan Pasukan Cadangan untuk melaksanakan dinas militer mungkin telah memengaruhi Hamas untuk melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober.

Serangan tersebut mengakibatkan kematian 1.400 warga Israel, dengan sekitar 240 orang menjadi tawanan Hamas yang dibawa ke Gaza.

Serangan itu sendiri memiliki konsekuensi yang menghancurkan, dengan warga sipil dan prajurit Israel menjadi korban kekerasan.
Beberapa tewas oleh tangan Hamas, sementara yang lain menjadi korban tindakan pasukan Israel yang bertujuan untuk mencegah mereka menjadi tawanan di Gaza.

Protes Terhadap Rencana Perombakan Yudisial Netanyahu

Gerakan pro-demokrasi, yang semakin berkembang pada awal tahun ini, menyebabkan protes massal terhadap Netanyahu dan rencana perombakan yudisialnya.

Beberapa pejabat pertahanan dan keamanan sebelumnya telah memperingatkan bahwa tindakan perdana menteri tersebut merugikan kesiapan militer Israel.

Netanyahu Berusaha untuk Klarifikasi

Namun, pada 6 November, Netanyahu menggunakan media sosial untuk mencabut pernyataannya. Ia mengklaim bahwa Hamas memulai perang "karena ingin membunuh kita semua dan bukan karena ada perselisihan di antara kita." Perubahan sikap yang tampak ini membuat banyak orang bertanya-tanya tentang pernyataan sebelumnya oleh perdana menteri.

Tuduhan Terhadap Peringatan Terabaikan dan Konspirasi

Serangan Hamas pada 7 Oktober terjadi pada pukul 06:30 pagi, tetapi pesawat tempur Israel dan helikopter Apache tidak merespons selama berjam-jam, menyebabkan tuduhan bahwa Netanyahu telah mengabaikan peringatan tentang kemungkinan serangan.

Beberapa bahkan berspekulasi bahwa ia mungkin terlibat dalam konspirasi untuk mengizinkan serangan tersebut demi keuntungan politik.

Hasil dari jajak pendapat Channel 13 mengungkapkan bahwa 44 persen warga Israel menyalahkan Netanyahu atas serangan tersebut, sementara 33 persen menyalahkan kepala staf militer dan pejabat militer senior. Lainnya, sebanyak 5 persen, menganggap Menteri Pertahanan sebagai yang bertanggung jawab.

Netanyahu Berjanji untuk Melakukan Investigasi

Netanyahu telah berjanji untuk menyelidiki kegagalan intelijen yang memungkinkan serangan Hamas berhasil, tetapi ia bersikeras untuk menunggu hingga perang berakhir, yang bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahun. Keputusan ini telah memicu kontroversi dan memicu kritik lebih lanjut.

Reaksi dan Ketegangan Politik

Menteri Pertahanan Benny Gantz, yang bergabung dengan pemerintah darurat bersama Netanyahu setelah perang dimulai, mengkritik pernyataan perdana menteri tersebut. Ia menyatakan bahwa "menghindari tanggung jawab dan mencaci-maki selama perang merugikan negara" dan meminta pengarahan ulang.

Kelompok "Saudara dan Saudari dalam Senjata", sebuah kelompok reservis yang memainkan peran sentral dalam protes sebelum perang, menuduh Netanyahu "menusuk hati para prajurit di tengah-tengah perang."

Kepala Partai Buruh Merav Michaeli menyerukan penggantian Netanyahu dan dengan tegas menyatakan bahwa "darah 1.400 warga Israel" ada di tangannya.

Peringatan oleh Pimpinan Militer

Sebuah laporan di The New York Times mengungkapkan bahwa Jenderal Herzi Halevi, kepala staf militer, telah mencoba memberikan peringatan kepada Netanyahu pada musim panas sebelumnya, mengingatkan bahwa gejolak politik telah memperkuat musuh-musuh Israel.

Pemimpin-pemimpin Iran, Hamas, dan Hezbollah percaya bahwa ini adalah saat kelemahan Israel dan waktu yang tepat untuk menyerang. Namun, tanggapan Netanyahu terhadap peringatan tersebut tampaknya kurang memadai, dengan hanya dua anggota Knesset yang menghadiri pengarahan yang diorganisir oleh para jenderal lain untuk menyampaikan pesan tersebut.***

Editor: Lucky M. Lukman

Sumber: cradlemedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x