Heboh Fenomena Lintang Kemukus di Langit Jawa, Dipercaya Sebagai Hantu Pembawa Maut

- 11 Oktober 2020, 23:38 WIB
Tangkapan layar heboh Lintang Kemukus muncul di Langit Jawa pada Sabtu malam 10 Oktober 2020.*
Tangkapan layar heboh Lintang Kemukus muncul di Langit Jawa pada Sabtu malam 10 Oktober 2020.* /Instagram @ndorobeii

GALAMEDIA - Dunia maya dihebohkan dengan kemunculan komet atau bintang berekor di langit Jawa, pada Sabtu, 10 Oktober 2020.

Sering disebut Lintang Kemukus, keberadaan komet itu mendadak viral bahkan menjadi trending di mesin penelusuran google.

Di media sosial Twitter dan Instagram, Lintang Kemukus ramai menjadi perbincangan. Warganet tak cuma berasal dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, tapi juga Jawa Barat.

Baca Juga: Ridwan Kamil Didesak Lepaskan Jabatan Gubernur Jabar Usai Temui Buruh yang Menolak Omnibus Law

Mereka mengaku melihat fenomena di langit, yakni cahaya terang. Seperti halnya pengakuan akun Instagram @ndorobeii. "Area tuban apakah kalian melihanya, apakah itu," tulisnya.

Unggahan soal fenomena di langit itu membuat geger netizen yang mengikutinya. "Sauron ini mah... Muncul saat akhir2 jaman.... Yg paham aja.. wkwkwkw cek google kalo gak tau sauroon.." tulis @andryjatmiko88.

"Aku td liat sumpah, bentar bgt lewatnya, di Karawang (Jawa Barat) .. huhu aku kira petir, emang apa ini min?," timpal @lianidian.

Ada pula netizen dengan akun @saefulohsafitri yang mengaitkannya dengan mitos yang dipercaya sebagian masyarakat. "Kata orang tua jaman dulu itu pertanda sebuah negeri dalam bahaya," tulisnya.

Baca Juga: Anies Cium Ada Indikasi Pelanggaran dalam Musibah Longsor dan Banjir di Ciganjur

Dikutip dari Historia.id, Lintang Kemukus dipercaya sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah. Terkadang ia muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur.

Hantu bernama Lampor itu kerap menimbulkan suara gaduh. Suaranya berasal dari iringan kereta kuda dan derap kaki pasukan. Seperti ditulis isubogor.pikiran-rakyat.com dalam artikel berjudul "Fenomena Lintang Kemukus Muncul di Langit Jawa, Antara Mitos dan Tetengger Pagebluk".

Beberapa masyarakat Jawa mempercayai kalau mereka adalah pasukan Nyi Roro Kidul yang tengah bergerak dari Laut Selatan ke Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Ancol Mulai Dibuka untuk Warga dari Luar DKI Jakarta Usai Pencabutan Status PSBB

Sementara masyarakat di Jawa Timur percaya kalau Lampor muncul bersamaan dengan wabah penyakit. Lampor mencari korbannya seringkali di bulan Sapar pada malam hari.

Arkeolog yang mengajar sejarah di Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, mengatakan, isu setan Lampor semacam itu marak di Jawa Tengah dan Timur sampai pada 1960-an. Lambat laun cerita itu menghilang.

Desas-desus seputar Lampor kemungkinan muncul manakala banyak terjadi wabah penyakit pada masa lampau. Jika ia datang orang bisa mati dalam tidurnya.

"Wabah penyakit dalam konsepsi lama direlasikan dengan peristiwa mistis, seperti pada hantu Lampor," kata Dwi kepada Historia.

Terkadang dalam percakapan, kata lampor disandingkan dengan kata pagebluk, menjadi pagebluk lampor.

Lampor secara harfiah berasal dari kata Jawa Kuna, lampur. Artinya mengembara atau bepergian. Sementara pagebluk adalah istilah Jawa untuk menyebut wabah penyakit.

Baca Juga: Masyarakat Sumatera Barat Kurang Simpati, Pengaruh PDIP Terlalu Dominan di Pemerintahan Jokowi

Istilah pagebluk lampor kemudian memberi penegasan kalau pada masa lalu mungkin pernah terjadi pagebluk yang dahsyat dampaknya.

Sementara itu, menurut Bani Sudardi, dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam "Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa", terbit di jurnal Humaniora Vol. 14/2002, orang Jawa percaya kemungkinan mereka sakit bergantung pada kualitas hubunganya dengan lingkungan.

Mereka yakin bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari suatu tatanan kosmis.

Itu mengapa, sebagaimana menurut sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa III: Warisan Kerajaan Konsentris, ritual-ritual pedesaan seperti oleh masyarakat Tengger tadi, banyak dilakuan demi menjaga keserasian semesta.

Baca Juga: Instagram Ridwan Kamil Digeruduk Gara-gara Omnibus Law, Kali Ini Warganet Dibikin Ngakak

Antara desa dan kosmos harus seimbang agar kehidupan tak bergoyang. Sementara wabah penyakit yang menimpa manusia ataupun binatang adalah pertanda tentang adanya kekacauan di mikrokosmos.

Adapun kemunculan lintang kemukus merupakan pertanda adanya krisis pada makrokosmosnya.

"Komet itu kan penyimpangan. Dalam kondisi normal komet akan tetap di garis orbitnya. Ini seringkali dipercayai akan diikuti dengan penyimpangan mikrokosmos, pagebluk,” jelas Dwi. (Penulis: Iyud Walhadi)***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah