Jabar Kekurangan Rumah Sakit, Hak Warga Masih Terabaikan

- 22 September 2020, 17:00 WIB
/

Beliau memberikan contoh kebiasaan sehat sehari-hari untuk mencegah penyakit. Misalnya: menekankan kebersihan; makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang; lebih banyak makan buah (saat itu buah paling tersedia di Madinah adalah rutab atau kurma segar); mengisi perut dengan sepertiga makanan, sepertiga air dan sepertiga udara; kebiasaan puasa Senin-Kamis; mengkonsumsi madu, susu kambing atau habatussaudah, dan sebagainya.

Kedua, kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang kesehatan. Pendidikan kedokteran yang bebas biaya dan berdasarkan akidah Islam akan mengeluarkan output yang berkompeten dan jauh dari petaka malpraktek. Berbagai penelitian tentang penyakit dan pengobatannya dibiayai sepenuhnya oleh negara dan dijamin kehalalannya. Berbagai inovasi kesehatan melalui produk-produknya berupa obat atau sarana prasarananya.

Baca Juga: TNI Buka Akses Jalan Untuk Pergerakan dan Peningkatan Ekonomi Desa

Hal ini dikarenakan kemajuan yang dicapai dalam dunia kedokteran adalah semata-mata mengikuti perintah Allah SWT dalam menjaga urusan rakyat. Salah satu hadis yang terkenal berbunyi, “Tidak ada penyakit yang Allah ciptakan, kecuali Dia juga menciptakan cara penyembuhannya.” (HR al-Bukhari). Keberadaan obat untuk berbagai penyakit dan memenuhi segala urusan rakyat akan mendorong umat Islam untuk membuat kemajuan ilmu dan teknologi dalam penelitian medis.

Ketiga, tentang penyediaan infrastruktur dan fasilitas kesehatan. Kebijakan Khalifah tentang pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, termasuk kualitas dan kuantitas kompetensi para dokter terbaik. Pendidikan kedokteran yang bebas biaya dan berdasarkan akidah Islam akan mengeluarkan output yang berkompeten dan jauh dari petaka malpraktek.

Baca Juga: Pelaku Bisnis Indekos di Sekitar UIN Bandung Sudah Enam Bulan Gigit Jari

Pada zaman pertengahan, hampir semua kota besar Khilafah memiliki rumah sakit. Di Cairo, rumah sakit Qalaqun dapat menampung hingga 8000 pasien. Rumah sakit ini juga sudah digunakan untuk pendidikan universitas serta untuk riset. Rumah Sakit ini juga tidak hanya untuk yang sakit fisik, namun juga sakit jiwa. Di Eropa, rumah sakit semacam ini baru didirikan oleh veteran Perang Salib yang menyaksikan kehebatan sistem kesehatan di Timur Tengah. Sebelumnya pasien jiwa hanya diisolir dan paling jauh dicoba diterapi dengan ruqyah.

Semua rumah sakit di dunia Islam dilengkapi dengan tes-tes kompetensi bagi setiap dokter dan perawatnya, aturan kemurnian obat, kebersihan dan kesegaran udara, sampai pemisahan pasien penyakit-penyakit tertentu. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa kaum Muslim terdahulu memahami bahwa sehat tidak hanya urusan dokter, tetapi menjadi prioritas pertama dan utama urusan individu masyarakat untuk menjaga kesehatan. Serta ada peran sinergis yang luar biasa antara negara yang memfasilitasi manajemen kesehatan yang terpadu dan sekelompok ilmuwan Muslim yang memikul tanggung jawab mengembangkan teknologi kedokteran.

Baca Juga: Prodi Manajemen Haji dan Umroh, Prodi Baru di UIN SGD Bandung

Pemimpin negara di masa Islam berlomba-lomba membangun rumah sakit selain sebagai wujud rasa peduli terhadap umatnya juga merupakan bentuk ketaatannya terhadap hukum syara. Nyawa manusia di mata Islam amat berharga. Kesehatan adalah tanggung jawab negara dan bagian dari amal jariyah. Wallahu a'lam bishshawab.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x