UPI Beri Masukan Pemikiran Strategis Peta Jalan Pendidikan Indonesia yang Sedang Disusun Kemdikbud dan DPR RI

26 Februari 2021, 06:50 WIB
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A /HUMAS UPI

 

GALAMEDIA  - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tengah merumuskan peta jalan pendidikan Indonesia.

Sebagai sebuah perguruan tinggi dengan visi Pelopor dan Unggul (Leading and Outstanding) dalam bidang pendidikan sudah sewajarnya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan beberapa pemikiran strategis untuk penyusunan Peta jalan Pendidikan Indonesia.

Menurut Rektor UPI, Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A peta jalan pendidikan Indonesia sangatlah urgen, tetapi harus bersifat menyeluruh dan tertata di dalam sebuah kerangka berfikir yang jelas dan terukur.

Baca Juga: UPI Gelar Wisuda Daring Ke-4 Kalinya di Tengah Pandemi, Rektor: Jadilah Penyebar, Pencari, dan Pengamal Ilmu

“Pada peta jalan pendidikan yang sudah dirumuskan oleh Kemdikbud, premisnya perlu diperjelas, yakni untuk pendidikan di persekolahan,” ungkap Solehuddin, Jumat 26 Februari 202.

Premis yang paling tepat adalah inti dari transformasi pendidikan adalah peningkatan mutu sistem pembelajaran di sekolah, yang pada gilirannya dapat mewujudkan kualitas belajar siswa.

Kesan yang menonjol dari Peta Jalan Pendidikan yang disusun oleh Kemdikbud adalah belum terlalu terfokus pada premis tersebut.

Jika demikian fakta apa yang semestinya mendorong dibangunnya peta jalan Pendidikan Indonesia itu? Salah satu fakta empiris yang mestinya mendorong dibangunnya Peta Jalan Pendidikan adalah rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa sekolah yang  telah mengakibatkan terjadinya “the low quality of education trap” di Indonesia.

Baca Juga: Alhamdulillah, 44 Warga Binaan Lapas Sukamiskin Telah Sembuh dari Paparan Covid-19

“Artinya jika literasi dan numerasi tidak diperkuat, maka jebakan mutu pendidikan yang rendah ini tidak akan berubah secara signifikan,” jelasnya.

Ia menjelaskan, pada tahun 2013 Elizabeth Pisani, seorang peneliti berkebangsaan Amerika yang menetap di Inggris dan sangat banyak menulis tentang Indonesia, pernah menyampaikan hasil analisis bahwa skor PISA (Programme for International Student Assessment).

Hasilnya anak Indonesia dalam literasi matematik, sains, dan membaca bukan hanya sangat rendah tetapi juga menurun sejak 2009. Namun ternyata 95% anak  Indonesia menyatakan merasa berbahagia di sekolah, jauh lebih tinggi ketimbang anak-anak di China (85%) dan Korea Selatan (60%).

Untuk merasa bahagia di sekolah, anak-anak  Indonesia tidak dituntut untuk bekerja keras, gigih dalam belajar, dan berprestasi. Menurut Pisani (2013) anak-anak Indonesia tidak menyadari bahwa proses pendidikan yang mereka ikuti tengah melakukan proses pendangkalan intelektual yang dikhawatirkan akan menjadi “kerdil” (stunted) jika tidak ditangani dengan kebijakan yang relevan dan bermutu.

Baca Juga: Rakernas Pertama BSI, Pesan Ma'ruf Amin: BSI Harus Inklusif dan Jadi Pilihan Bank Syariah yang Rasional

“Terhadap persoalan ini tentu saja timbul pertanyaan: Bagaimanakah dengan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah? Bukankah dalam periode 2012-2018 telah diberlakukan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013 dan berbagai kebijakan lainnya?,” Tanya Solehuddin.

Walaupun telah berupaya untuk memacu prestasi dalam literasi dan numerasi, kebijakan pemerintah tampaknya masih kurang sensitif terhadap masalah yang akan dipecahkan.

Contoh, penyusunan Kurikulum 2013 dan penerapan wajib belajar 12 tahun adalah dua kebijakan yang terlalu umum dan tidak memiliki daya ungkit dalam peningkatan kemampuan literasi matematik, sains dan membaca, sebagaimana diukur oleh PISA.

Pada tahun 2018, posisi  Indonesia dalam PISA termasuk pada posisi “juru-kunci” dari 67 negara peserta atau lebih buruk dari skor rata-rata pada tahun 2009.

Baca Juga: Ingatkan Soal Integritas, Kajati Jabar Lantik Empat Kepala Kejaksaan Negeri

“Kemampuan literasi dan numerasi tidak datang dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh rendahnya mutu sistem pembelajaran. Jika mutu pembelajaran yang menjadi fokus paling utama, maka Peta Jalan Pendidikan Indonesia perlu membangun sebuah “sistem Pembelajaran Integral”,”katanya.

Yakni, ia melanjutkan sebagai frame of reference dari semua transformasi yang diperlukan agar sistem tersebut benar-benar dapat mendukung terwujudnya kualitas belajar siswa, apapun ukurannya.

Dikatakan, Peta Jalan Pendidikan Indonesia itu urgen jika  semua komponen penting dalam sistem pembelajaran dapat dirancang sedimikian rupa, sehingga dapat membangun mutu proses belajar siswa.

Baca Juga: Waspada! Gelombang Tinggi Sekitar 2,5-4 Meter yang akan Hantam Laut Jawa Karena Bibit Siklon Tropis

Jika salah satu dari komponen tersebut tidak dirancang secara cermat, maka Peta Jalan Pendidikan Indonesia hampir tidak memiliki arah yang tepat dan jelas.

Ia menyebutkan, sejumlah komponen-komponen yang penting dalam peta jalan Pendidikan Indonesia yaitu mutu penyelenggaran LPTK dan PPG, mutu kompetensi dan kinerja guru sebagai jabatan profesional, kurikulum sekolah yang terdiversifikasi, serta  asesmen kompetensi siswa, pemetaan capaian standar dan umpan balik. ***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah

Tags

Terkini

Terpopuler