Ini Dia Hakikat Sabar

23 September 2020, 16:02 WIB
Cintailah Sesuatu dengan Wajar Karena Cinta adalah Hamba dan Sabar adalah Raja. Foto Ilustrasi/Net /


Assalammu’alaikum Wr.Wb

“Sabar ibarat gembok yang mengunci lisan untuk tidak berkeluh kesah mengantuk takdir. Ibarat rantai yang membelenggu anggota badan agar tidak menampakkan perlawanan dan pertentangan akan keputusan Allah. Ibarat bendungan yang menahan hati dari derasnya perasaan marah, kesal dan dongkol, serta berbagai macam kemelut perasaan lainnya yang bergumpal-gumpal”

Sabar adalah satu antara sekian banyak akhlak dan perangai terpuji yang menempati kasta tinggi di dalam islam. Hal itu di karenakan ketika berbicara tentang sabra, tak akan lepas dari selaksa keutamaan dan kenikmatan surga yang di janjikan. Ketika menggambarkan sosok para penyabar, tak akan jauh dari untaian pujian. Tidaklah temasuk kata ‘sabar’, melainkan digandengi pujian dan ganjaran yang di siapkan.

Terdapat pada buku (jika ustad jadi wasit_hal 23-30) Jika dalil dari Alqur’an dan hadist yang berbicara tentang keutamaan sabra di kumpulkan, maka akan di hasilkan sebuah buku yang tebal berates-ratus halaman.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ucapkan Selamat kepada Pimpinan Korea Utara Kim Jong-un

Karena itu, pada kesempatan kali ini, kita tidak akan menguraikan Panjang lebar tentang keutamaan sabra. Akan tetapi, sejenak kita akan sedikit mengupas hakikat kesabaran itu sendiri.

Sabar memang begitu istimewa dan spesial. Bahkan disebut sebagai pilar kebahagiaan insan.

Syaikh Muhammad ati-tamimi rahimahullah menuturkan di dalam salah satu kitabnya, Qawaidul Arba’, bahwa pilar kebahagiaan itu ada tiga :
1. Ketika ia mendapat kenikmatan, ia bersyukur,
2. Ketika ia di timpa musibah, ia bersabar,
3. Dan ketika ia melakukan dosa, ia beristigfar

Macam-macam Sabar
Para ulama membagi sabar menjadi tiga jenis:

Baca Juga: 50 Tahun Sentra Keramik Kiaracondong Tak Lekang oleh Waktu dan Diburu Wisatawan

1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah

Yaitu sabar di atas ketaatan dan penghambaan kepada-Nya. Kesabaran ini sering kali di iringi dengan keikhlasan di karenakan ia selalu konsisten di atas ketaatan. Tak peduli pujian atau hinaan, saat sendiri atau fisik segar bugar, ia selalu mampu bersabar untuk menyusuri tiap jalan kebaikan.

Rasa harap akan keridhoan Allah dan surga yang di janjikan bagi orang yang bertakwa menjadi pelecut semangatnya untuk senantiasa bersabar mengaplikasikan segala nilai-nilai islam dalam setiap sendi kehidupan.

2. Sabar dalam menjauhi larangan Allah dan sebagai hal yang di haramkan oleh syari’at

Kesabaran itu di hasilkan dari kuatnya keimanan seorang terhadap ma’rifatullah. Rasa takut akan siksa Allah yang teramat pedih berupa api neraka yang menyala-nyala menjadikannya khawatir untuk memaksiatkan sang pencipta. Hal itu di karenakan ia betul-betul memahami bahwa Allah senantiasa mengawasi dan ia betul-betul percaya tiada tempat yang tak mampu di lihat oleh-nya.

Baca Juga: [Update] Kasus Covid-19 di Indonesia Mencapai 257.388 Orang, Luhut Binsar Panjaitan Tak Berdaya

3. Sabar dalam menghadapi ketentuan takdir

Kesabaran ini tumbuh di karenakan keyakinan terhadap pahala yang Allah ta’ala janjikan bagi seorang hamba yang di timpa masalah dan musibah. Ia memandang kepada kenikmatan yang masih tersisa dan meremehkan kenikmatan yang masih tersisa dan meremehkan kenikmatan yang telah di cabut darinya. Ia memercayai bahwa musibah yang ia terima baik baginy, dan di balik itu semua terselip hikmah dan rencana yang indah, meskipun ia takt ahu apa bentuknya.

Cintanya kepada Allah membuatnya memandang musibah sebagai perwujudan cinta Allah terhadapnya. Ia lantas berprasangka baik, menganggap musibah sebagai penghapus dosa atas kesalahan di masa lampau, atau sebagai pengingat atas kelalaiannya selama ini. Cobaan yang ia terima tidak melahirkan kebencian di dalam hatinya. Justru cinta kepada Rabb-nya semakin berbunga-bunga.

Allah ta’ala menyebutkan kriteria pemilik kesabaran jenis ini bahwa mereka menyadari segala yang ada hanyalah titipan semata. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Yaitu orang-orang yang apabila di timpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun’ (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nyalah kami akan Kembali).” (QS. Al-Baqarah: 155-156)

Baca Juga: Jabar Intens Tingkatkan Tes PCR, Dua Daerah Tembus Standar WHO

Kita memohon kepada Allah agar dia mengkaruniakan kita semua hati seluas Samudra. Sehingga segala yang jatuh menghujamnya tak menjaikannya keruh. Kita juga memohon agar dia menganugerahi kita manisnya kesabaran di kala pahitnya keadaan dan indahnya sabra di atas ketaatan di kala kemaksiatan terlihat begitu menggoda dan menawan


Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Sumber: Jika ustad jadi wasit Roni Nuryusmansyah (robbiatul/job)

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler