Penemuan Lubang Buaya, Ini Kisahnya dari Kesaksian Soekitman dan Pohon Pisang yang Mencurigakan

1 Oktober 2020, 09:39 WIB
Lubang Buaya Jakarta /


GALAMEDIA - Salah satu Gerakan 30 September 1965 yang dikenal dengan G30S adalah gugurnya para jendral. Aksi yang dilancarkan PKI tersebut cukup biadab karena membunuh para perwira tinggi tanah air dan memasukannya ke sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya.

Menemukan jasad para pahlawan revolusi tersebut memang tidak mudah. Dari berbagai sumber yang dihimpun Galamedia, sebelum menemukan sumur tua tempat jasad para jendral itu ditemukan, anggota TNI sudah mencarinya ke beberapa tempat di sejumlah titik di daerah tersebut.

Baca Juga: Tak Banyak Diketahui, Sebelum Jadi Pancasila Berikut Sejarah dan Perumusan Dasar Negara Indonesia

Hingga akhirnya ditemukan sumur tua yang awalnya tempat itu mencurigakan. Yaitu ada pohon pisang dengan tumpukan dedaunan yang masih baru.

Ada di antara mereka kebetulan ada yang mengetahui bahwa di bawah pohon pisang itu ada sumur tua. Setelah digali benar saja ditemukan sejumlah jasad. Terlebih dari berbagai sumber menyebutkan bahwa di sekitar sumur tua itu menyeruak bau yang tak sedap.

Sebenarnya, "adegan" pembuangan jasad para jendral tersebut ada yang menyaksikan yakni Ajun Komisaris Besar Polisi (Purn.) Soekitman. Ia yang tertangkap dan sempat melarikan diri dari anggota yang membawa jasad para jendral ke Lubang Buaya.

Baca Juga: Iman Vellani Bakal Bintangi Karakter Muslim Pertama Marvel

Soekitman, dalam laman Wikepedia disebutkan, lahir di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat , 30 Maret 1943 dan meninggal di Depok, Jawa Barat , 13 Agustus 2007 pada umur 64 tahun) adalah saksi sejarah terjadinya Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia G30S/PKI dan penemu lokasi pembuangan jenazah para jenderal Pahlawan Revolusi Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Soekitman terakhir berdinas di kepolisian selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Regiden Polda Metro Jaya, dan pensiun pada 1998.

Baca Juga: Alhamdulillah., Kurs Rupiah dan IHSG Terus Bergerak Naik Sedangkan Dolar Malah Jeblog

Karier
Sukitman lahir di Kelurahan Cimanggu, Kota Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Di usia 18 tahun, Soekitman merantau ke Jakarta dan lulus ujian seleksi masuk Sekolah Polisi Negara SPN Kramat Jati, Jakarta Timur, pada 1961.


Siswa Angkatan VII SPN Kramat Jati ini menyelesaikan pendidikannya pada Januari 1963 dan dilantik menjadi Agen Polisi Tingkat II. Ia pun memulai karier sebagai polisi di Markas Polisi Seksi VIII Kebayoran, Jakarta, sebagai anggota perintis dari Kesatuan Perintis/Sabhara.

Baca Juga: IKA Sejarah UPI Desak Mendikbud Agar Sejarah Jadi Pelajaran Wajib, Bukan Pilihan Atau Disederhanakan

Kisah Soekitman, penemu lokasi jenazah jenderal di Lubang Buaya
Dengan sepeda inilah Sukitman memergoki gerombolan tentara yang hendak masuk ke rumah Jenderal DI Panjaitan pada tanggal 30 September 1965 dalam pemberontakan G30 S/PKI.

Pada 30 September 1965 di malam hari, Soekitman sedang menjalankan tugas patroli. Tiba-tiba, terdengar suara tembakan diikuti rentetan letusan senjata. Ia bergegas menghampiri sumber suara dengan sepeda kumbangnya (hadiah bagi polisi berprestasi) ke arah kediaman Jenderal DI Panjaitan.

Baca Juga: Wilayah Selatan Pulau Jawa Diguncang Dua Kali Gempa dalam 24 Jam

Namun, sekelompok orang menghadang dan menculiknya. Agen Polisi Tingkat II Soekitman ikut dibawa ke Lubang Buaya dan menjadi salah satu saksi penculikan dan pembunuhan beberapa pemimpin TNI dalam Peristiwa G30S/PKI.

Atas jasa-jasanya, dia mendapatkan kenaikan pangkat dari AKP (Ajun Komisaris Polisi) menjadi AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi).

Berikut nama 7 Pahlawan Revolusi yang jasadnya dibuang ke sumur Lubang Buaya :

Baca Juga: Tak Banyak yang Melakukan, Ternyata Tidur Siang Menjadikan Suasana Hati Lebih Baik

1. Jenderal Ahmad Yani
2. Mayjen R Soeprapto
3. Mayjen MT Haryono
4. Mayjen S Parman
5. Brigjend D.I Panjaitan
6. Brigjen Sutoyo Siswodiharjo
7. Lettu Pierre Andreas Tendean

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah

Tags

Terkini

Terpopuler